Chapter 17 : Aku Selesai

34 5 0
                                    


Ryucelle menatap pantulan dirinya di cermin. Sudah rapi, Ryucelle tidak terlambat untuk acara pesta malam bersama keluarga besarnya, bukan? Gadis itu tersenyum lebar. Pita merah muda menghiasi rambutnya, senada dengan gaun yang ia pakai.

Ketika pintu dibuka, Ryucelle kecil menampilkan senyumnya pada sang mama---yang sayang sekali, ekspresi wanita itu justru berkebalikan dengan milik Ryucelle.

"Kau mau ke mana pakai baju seperti itu?" mamanya berujar dengan nada dingin.

Alis si gadis Nam nyaris bertaut, tapi senyumnya belum juga luntur ketika menjawab, "Mau ke pesta bersama Mama dan Papa!" serunya.

"Tidak. Ryucelle tetap di rumah dan jangan keluar dari kamar, mengerti?"

Kali ini, senyuman milik si gadis Nam luntur. "Loh, kenapa, Ma? Ryucelle juga mau ikut."

Mamanya terdiam. Beberapa kali, mulutnya terbuka seperti ingin membalas pertanyaan anaknya, tapi tidak ada satu pun kata yang ke luar. Hingga pada akhirnya, wanita itu hanya berbalik sambil menatap dingin ke arah Ryucelle, kemudian mengunci pintu kamar anak itu tanpa memperdulikan Ryucelle yang berteriak memanggil dari dalam kamar.

"Ah!"

Ryucelle membuka matanya dengan cepat ketika mendengar suara rintihan seseorang. Kepalanya menoleh ke kanan, dapati Serim tengah menusuk jarinya sendiri ketika sedang menjahit bajunya.

"Kau baik-baik saja? Maaf aku malah ketiduran, padahal harusnya aku membantumu," ucap Ryucelle tidak enak. "Eh, tanganmu berdarah."

Serim menggeleng. "Tidak apa-apa, kau pasti kelelahan karena banyak kejadian baru-baru ini." Ia kemudian menunjuk sesuatu dengan dagunya. "Bisa tolong ambilkan kotak biru itu?"

"Ya?" Ryucelle menoleh ke arah yang ditunjuk Serim, tapi matanya masih kebingungan mencari-cari sesuatu. Hingga satu menit berjalan, gadis itu belum juga mengambil barang yang diminta Serim.

"Celle? Kau kenapa?" Serim menepuk pundak Ryucelle ketika sadar gadis itu hanya diam kebingungan. "Aku meminta tolong padamu untuk mengambil kotak biru itu 'kan?"

Ryucelle buru-buru menoleh pada Serim, lantas tersenyum tipis. "Maafkan aku, aku agak tidak fokus setelah bangun tidur. Akan kuambilkan."

Namun, baru saja gadis Nam itu hendak beranjak dari duduknya, Serim sudah lebih dulu mencegah. "Biar aku saja," katanya sembari tersenyum simpul.

Selepas perginya Serim, Ryucelle memegangi dadanya yang bergemuruh tidak karuan di sana. Gadis itu menghela napas pelan, mulai merasa tidak nyaman berada di kediaman Serim yang menurutnya sangat asing.

"Omong-omong, Celle ...." Serim menoleh sekilas pada Ryucelle sambil mengeluarkan plester dari dalam kotak biru tadi. "Kau sepertinya sangat suka warna merah," lanjutnya.

Ryucelle menelan ludah. Sejurus kemudian, gadis itu tertawa canggung menanggapi ucapan Serim. "Ah, itu. Bukankah warna merah itu cantik. Oleh sebab itu kita juga pakai warna merah di bibir 'kan?"

Serim berbalik setelah menempel plester di lukanya. Gadis itu berjalan kembali ke posisi semula. "Tentu saja, mereka cantik, juga lebih mudah dibedakan." Ia menatap Ryucelle sambil tersenyum. "Apa aku benar?"

Ryucelle mengusap tengkuknya. "Benar."

Serim melunturkan senyumannya. Dwinetra milik gadis itu beralih pada jam di atas meja, kemudian sadar kalau mereka sudah terlalu lama menghabiskan waktu. "Sudah petang, bukankah kau harus pulang? Nanti orang tuamu mencari."

Ryucelle terdiam lagi ketika Serim selesaikan kalimat itu. Nanti orang tuanya mencari? Apa dunia sudah mau kiamat sampai hal begitu bakal terjadi?

𝙐𝙣𝙠𝙣𝙤𝙬𝙣。Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang