Ruangan itu terbuka, sebabkan seseorang yang di dalamnya langsung pusatkan atensi pada subjek yang baru masuk.
"Apa kabar?" tanya si pendatang, berusaha basa-basi sebelum ia utarakan maksudnya datang.
Kendati pendatang tadi berujar sambil sisipkan senyuman lebar, tapi yang disapa hanya tanggapi dengan ekspresi datar, malas, muak. Oh, jangan lupa soal tatapan tajam yang ia layangkan.
Alih-alih membalas pertanyaan tadi, ia malah balik bertanya, "Mau sampai sejauh mana kau melakukan ini semua?"
Kali ini juga bukan jawaban yang lebih dulu diutarakan. Si pendatang justru terkekeh kecil. Lucu sekali orang di hadapannya itu. Rupanya sudah mengenaskan, kisahnya lebih menyedihkan.
Puas tertawa, barulah ia menjawab, "Sayangku, bukankah kau harus menyelesaikan skenario ini?" Ia mendekat pada penghuni ruangan. "Lakukan saja sesuai rencana, lalu aku akan membebaskanmu supaya kau bahagia. Seperti perjanjian kita 'kan?"
Diam-diam, ia tersenyum miring.
—
Ellen menghela napas jengah saat mendapati lagi-lagi, Jeno menunggunya di depan kelas. Padahal, gadis itu sudah mati-matian menghindari si pemuda Lee. Bukannya apa-apa, Ellen hanya terlalu lelah berhadapan dengan Jeno setelah kemarin ketahuan membentak Ryucelle. Kalau Jeno menyalahkannya, Ellen tidak mau dengar.
YOU ARE READING
𝙐𝙣𝙠𝙣𝙤𝙬𝙣。
Mystery / Thriller"Apa yang bakal kalian lakukan kalau orang yang pernah begitu kalian cintai mendadak hilang tanpa jejak?" Setelah diguncang dengan hubungannya yang diputus secara sepihak, Ryucelle harus kembali menghadapi kejutan---mantan kekasihnya dikabarkan hila...