Chapter 16 : Curiga

35 4 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bel di dekat pintu rumah besar itu dibunyikan oleh jemari milik titisan adam bermarga Lee

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bel di dekat pintu rumah besar itu dibunyikan oleh jemari milik titisan adam bermarga Lee. Tubuh lelaki itu dibalut baju hitam-hitam khas pakaian untuk pemakaman. Saat pemilik rumah tidak kunjung menyahut waktu bel dibunyikan, Jeno menggedor-gedor pintu itu dengan tidak sabar.

"Nam Ryucelle! Buka pintunya!"

Pada gedoran yang entah ke berapa, sosok pemilik rumah baru muncul dengan penampilan kacau. Rambut berantakan, mata sembab yang menatap tajam pada Jeno, serta baju yang juga berantakan. Tampilannya seperti orang habis menangis semalaman.

"Hey, kenapa kau tidak datang ke pemakaman Ellen?" Jeno menaikkan nada bicaranya sedikit, tapi diam-diam juga khawatir melihat kondisi Ryucelle.

Si gadis Nam menjawab dengan nada dan wajah datar. "Aku turut berbelasungkawa."

Jeno mendecak. "Ya makanya itu, kenapa kau tidak datang kalau begitu?! Aku pikir kita akan sama-sama menangis di sana, padahal kita yang paling dekat dengan Ellen."

Alih-alih menjawab pertanyaan Jeno, Ryucelle malah mengusirnya. "Bisakah kau pergi saja? Aku benar-benar muak dengan semua ini."

"Apa?" Jeno menatap Ryucelle dengan tidak habis pikir. Bisa-bisanya gadis itu mengusir Jeno, padahal Jeno datang untuk bertanya kenapa Ryucelle tidak hadir di pemakaman. Padahal, mereka sudah berteman cukup lama. Apa hal itu tidak berarti lagi bagi Ryucelle?

𝙐𝙣𝙠𝙣𝙤𝙬𝙣。Where stories live. Discover now