《⛈️》 《~ 23 ~》《⛈️》

747 87 25
                                    

Pagi sudah datang dan menyambut ruangan bercat biru langit. Sinar dari mentari yang masuk melalui sela gorden, menampilkan seorang pemuda dengan perut buncitnya. Merasa terganggu, Ia akhirnya membuka matanya. Mendudukkan tubuhnya sembari menggosokkan matanya.

Ia berjalan ke arah cermin yang terdapat di kamarnya. Dapat Ia lihat matanya yang bengkak dan cukup merah akibat menangis kemarin. Ia menghela nafasnya, lalu mengambil pakaiannya untuk membersihkan diri karena Ia akan bersekolah hari ini.

Di tempat lain, Yeonjun termenung. Tak habis pikir dengan kejadian kemarin yang membuat hubungan keduanya renggang kembali. Ia melirik ke arah jam dinding yang menampilkan pukul 7. Ia terbangun dan beranjak ke dapur untuk membuatkan sarapan. Sembari berharap semoga sang adik ingin memaafkannya.

Saat sedang memasak, Ia mendengar suara pintu yang terbuka lalu tertutup. Sudah Ia pastkan bahwa ini adalah pintu kamar sang adik. Ia masih memfokuskan dirinya untuk memasak.

Soobin yang melihat sang kakak tengah memasang hanya menatapnya sebal. Ia masih tak bisa memaafkan sang kakak yang telah selingkuh padanya.

Yeonjun berbalik sembari membawa dua piring berisikan menu sarapan. Ia menyimpannya di atas meja dan menatap sang adik yang kebetulan tengah menatapnya.

“ayo makan dulu sebelum pergi” mau tak mau Soobin harus makan. Ia tengah mengandung, dan tak mungkin Ia akan menolaknya.

“Soobin...” yang di panggil fokus terhadap makanannya tanpa ada respon apapun.

Yeonjun menghela nafasnya sebentar “hyung tak masalah jika kau marah padaku, tapi hyung minta...” Ia memotong sebentar ucapannya dan membuat sang pendengar penasaran sampai memberhentikan suapannya.

“hyung minta... tolong biarkan hyung menjaga anakku... maksud hyung anak kita” Soobin memasukkan satu sendok penuh makanan lalu mengangguk. Masih sedikit kesal, tapi mau apa lagi, Ia membutuhkan seorang pendamping dan anaknya juga membutuhkan seorang ayah tetunya.

Yeonjun tersenyum tipis atas jawaban Soobin. Meski Ia tau Soobin tak akan bisa menerimanya seratus persen saat ini.

Drrt~

Keduanya menoleh ke arah yang bersamaan. Ponsel milik yang lebih tua berdering. Menampilkan adanya telepon masuk dari kontak bernama ‘eomma’

Tak pikir panjang, Yeonjun langsung mengangkatnya.

“hallo, eomma?”

“ahh... halo Yeonjun, bagaimana kabarmu?”

“baik eomma, eomma dengan appa bagaimana?”

“kami baik, bagaimana dengan Soobin? Dia sehat kan?”

Yeonjun sedikit melirik sang adik di hadapannya. Ia mengangguk meski Ia tau sang ibu tak melihatnya “dia baik, sangat baik” ucapnya sambil tersenyum tulus.

“syukurlah kalau begitu”

“emm.. kenapa eomma tiba-tiba menelpon?”

“ahh iya, kau tau kan ramalan cuaca bilang bahwa kedepannya bisa saja akan ada badai salju di Korea?”

Yeonjun mengangguk “ya aku tau”

“maka dari itu, eomma dan appa akan pulang secepatnya, mungkin minggu ini”

Yeonjun terdiam. Ia menatap sang adik yang tengah menatapnya penasaran. Ia takut jika kedua orang tuanya akan memarahinya atau mengusirnya karena fakta yang tengah terjadi saat ini.

“Yeonjun?”

“Yeonjun? Kau kenapa?”

“Choi Yeonjun!”

“a-ah? Ya ada apa?”

“kau tidak apa? Kau sedang sakit?”

“y-ya aku tak apa eomma, ekhm jadi... eomma dan appa akan pulang minggu ini?”

“yap! Tunggu kami ya~ jangan memberantakan rumah seperti sebelum-sebelumnya! Eomma cape harus membersihkannya!!”

Yeonjun tersenyum canggung “ya, baiklah aku mengerti”

“baiklah, eomma dan appa masih ada kerjaan, kalau bergitu sampai jumpa! Aku mencintai kalian”

“kami juga mencintaimu eomma~”

Dan setelahnya telepon di tutup oleh sang pemanggil. Soobin menatap sang kakak yang tengah menyimpan ponselnya penasaran.

“ada apa hyung?” Yeonjun menatap sang adik.

“mereka akan pulang minggu ini” Soobin membelalakan matanya. Ia masih belum berani dan kuat untuk memberi tau kenyataan.

“t-tapi hyung... b-bagaimana–”

“hyung akan meyakinkan mereka” potong Yeonjun dengan yakin sambil menatap sang adik. Berharap sang adik mendapatkan kekuatan dari ucapannya.

Soobin mengangguk ragu “baiklah” jujur, Soobin makin tidak menyukai dengan alur cerita yang dibuat oleh Tuhan kepadanya. Dimulai dari kandungannya, lalu orang tuanya, sang kakak, oh dan jangan lupakan mantan sialan milik sang kakaknya itu.

“Soobin...” yang di panggil mendongkak menatap netra rubah miliknya.

“tolong maafkan hyung, hyung tau hyung salah, seharusnya...”

“tak apa hyung, tak usah di pikirkan lagi, lagian masa lalu adalah masa lalu dan masa sekarang adalah masa sekarang. Dan jadikanlah masa lalu itu sebagai sebuah pelajaran bagi hyung agar tak selingkuh dengan orang lain!” Yeonjun megangguk paham dengan sedikit senyuman di mukanya. Sedikit senang melihat nada cemburu dari kata-kata sang adik yang dilontarkannya itu.

“semoga saja mereka mau menerimanya” ucap Yeonjun sembari tersenyum tipis menatap buah hati pada perut sang adik. Soobin hanya mengikuti arah pandang sang kakak. Dan lagi, Ia teringat kepada mantan kekasihnya. Bagaimana dengannya?

We Are Brother!Место, где живут истории. Откройте их для себя