7 : Rencana

729 183 55
                                    

"Terimakasih karena telah berkumpul di sini, Bapang, Wengi, Ronggeng, Suro," ucap Gentar pada anggota peti hitam yang lama.

"Dan terimakasih juga karena telah meminjamkan kekuatan mu, Tumenggung," ucap Gentar sambil berjalan ke arah Dirga.

"Dan juga terimakasih karena sudah menolong, Tumenggung, Widyatama," ucap Gentar lagi sambil membelai rambut seorang anak kecil.

"Terimakasih karena telah meminjamkan kekuatan kalian--"

"Aku turut berduka atas kematian, Mikail." Gentar berjalan sambil membelakangi mereka semua.

"Mulai dari sini, aku yang akan mengambil alih komando," ucap Gentar sambil membalik badannya dan menatap semua anggota peti hitam. Seluruh anggota menundukkan tubuh mereka di hadapan Martawangsa Gentar.

.

.

.

"Martawangsa Corp tentunya memiliki donatur dalam bisnis mereka, salah satu cara menghancurkan perusahan itu adalah dengan menghancurkan para donatur itu," ucap Gentar.

"Tapi itu tidak semudah membalik telapak tangan, beberapa perusahaan besar tentunya dijaga oleh Dasamuka," lanjutnya.

"Ku dengar Dasamuka telah melemah?" tanya Wengi.

"Jambrong, pria itu terlibat pertempuran dengan Dasamuka lainnya dan berhasil membunuhnya, tentu saja Jambrong juga telah berhasil dilumpuhkan, setidaknya dua orang Dasamuka telah hilang, tetapi--" Gentar menghentikan ucapannya.

"Martawangsa Frinza berhasil mendapatkan topeng Sabrang, yang berarti dia telah masuk ke dalam Dasamuka, dengan bergabungnya orang itu maka total Dasamuka saat ini adalah sembilan orang."

"Kalian akan bergerak menjadi dua kelompok, kelompok Wengi, Ronggeng dan Suro yang akan menyibukkan seorang Dasamuka, dan kelompok Bapang, Tumenggung dan Widyatama membunuh donatur selagi tim pertama menyibukkan Dasamuka," lanjut Gentar.

"Target pertama kita adalah Sukijan Dewantara, direktur utama PT Kobaran Api Membara." Gentar memberikan sebuah foto pada tim kedua.

"Dia dijaga oleh Martawangsa Sukma, pemilik topeng Rumyang. Tugas kalian adalah untuk mengalihkan perhatian Sukma dari Sukijan." Gentar menatap Wengi.

Setelah briefing, para anggota peti hitam mulai bekerja, mereka berkeliaran di taman yang diduga kuat menjadi lokasi Pak Sukijan berolahraga pagi. Dirga mengenakan jaket sports dengan topi dan kacamata hitam, karena ia adalah satu-satunya yang mungkin dikenali oleh para Dasamuka, Dirga adalah anak dari pimpinan perusahaan, yaitu Broto.

Wengi berada di area danau, ia tampak sedang memancing, sementara Suro dan ronggeng berpura-pura sebagai seorang kekasih yang sedang berjalan santai. Dirga sibuk dengan lari paginya dan Bayu duduk di kursi taman sambil bermain hp, sementara Widyatama menjual minumal dengan tas ice box yang sudah ia persiapkan. Sekitar pukul tujuh pagi, Sukijan benar-benar datang, ia dikawal oleh beberapa pengawalnya, termasuk Sukma.

"Om, minumnya, Om," ucap Widyatama si bocah kecil itu dengan tatapan yang melas.

"Berapa harga air mineralnya?" ucap Sukijan ramah sambil menyuruh para pengawalnya menjauh, karena takut membuat bocah kecil ini merasa takut.

"Lima ribu rupiah saja, Om."

Sukijan membeli beberapa botol air mineral, karena haus ia membuka satu botol dan meminumnya, kemudian ia mengeluarkan uang seratus ribu dan menyuruh Widyatama untuk menyimpan kembaliannya.

Suasana tiba-tiba saja berubah, kabut tipis mulai menyelimuti taman itu. Sukma menyadari ada yang tak beres, aliran atma di sekitar taman berantakan, ia menatap wanita yang tengah menari di dekat pohon beringin tua yang besar, seorang pria besar tampak sedang menonton pertunjukkannya.

MartawangsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang