21 : Kebangkitan Rahwana

659 162 135
                                    

Yudistira mengamati pertempuran dari atas atap, ia sungguh tak percaya pemandangan berdarah ini. Seluruh Katarsis, di tambah Edwin sebagai perwakilan Lohia dan Martawangsa, serta Emil sebagai perwakilan Wijayakusuma tumbang di tangan satu orang berjubah yang ternyata adalah Gentar. Kini ia menoleh ke arah Gentar yang ada di belakangnya, Gentar sedang menyeringai.

Gentar ada dua?! batin Kei.

"Doppelganger?" ucap Kei dengan wajah terkejut.

"Gemma! Frinza! Lindungi Yudistira!" teriak Broto.

Sebenarnya cukup unik mendengar pimpinan Martawangsa itu justru menyuruh mereka untuk melindungi salah satu pimpinan musuh mereka.

.

.

.

Gemma tak mendengarkan perintah Broto, ia masih saja bertempur melawan Dirga. Sebagai gantinya, Frinza dan Tirta yang maju menghadang gentar berjubah yang membantai hampir seluruh orang yang berada di sana.

"Sekarang semua ini hampir terlambat!" pekik Tirta pada Frinza yang sebelumnya menahan Tirta untuk berbicara dengan Dirga.

"Hanya hampir 'kan?" Frinza tak pernah berubah, ia selalu menyepelekan segala hal, seolah ia mampu untuk mengatasi semuanya.

"Bagaimanapun caranya, lindungi Yudistira!"

"Itu kan atasanmu, lindungi saja sendiri. Ada hal lain yang ingin aku lakukan," ucap Frinza menyeringai.

Tirta berlari secepatnya menuju tempat Kei, sementara Frinza mengenakan topeng Sabrang. "Mari bersenang-senang, Sabrang."

Frinza merubah tangannya menjadi merah seperti Bapang, ia berlari ke arah Gentar yang berada beberapa meter di depannya. "Dari seluruh orang yang gua benci--pengkhianat adalah yang terburuk ...," tutur Frinza lirih yang kini berada di belakang Gentar menggunakan kemampuan Tumenggung. Gentar memutar tubuhnya dan mengarahkan keris wiralodra gagak prenala ke arah Frinza.

Keris itu menembus zirah Asmorobangun, batin Frinza.

"Panji." Semua yang berada di sekeliling Frinza bergerak dengan lambat, ia hendak menghabisi Gentar menggunakan kuku-kuku tajam milik Bapang, tetapi secara mendadak sosok Gentar yang ada di hadapannya menghilang.

Ke mana perginya si gila itu? Dalam zona Panji dia mampu menghilang?

Seharusnya aku tak pernah menyerahkan Dirga padanya waktu itu. Dia sukses besar membuat percikan dendam Dirga menjadi semakin berkobar.

Frinza menoleh ke arah Bayu yang diam dengan tatapan kosong. Sebelumnya Frinza memang selalu memantau perkembangan Dirga dan Tirta tanpa mereka ketahui. Seluruh uang yang mereka gunakan, bahkan modal untuk membangun Mantra Coffe adalah modal dari Martawangsa Frinza. Frinza menaruh curiga pada Gentar dan mulai menyelidiknya, hingga ia sadar bahwa Gentar ingin memanfaatkan Adik-adiknya.

Keberadaan Frinza membuat Gentar tak bisa bergerak leluasa mendekati Dirga dan Tirta. Pada akhirnya ia fokus mendidik Bayu untuk kepentingannya.

Bocah itu juga mengalami hal serupa. Namun, terjawab sudah bagaimana bisa ada dua Gentar dalam waktu yang sama dan tempat yang berbeda. Doppelganger ya?

Mungkin Dirga lupa dengan sosok Gentar karena ia dititipkan di rumah saudara Ibu semenjak meninggalkan rumah, tetapi nampaknya Gentar memanfaatkan anak yang satu ini dengan optimal.

Bayu yang tanpa sengaja membunuh Kakaknya sendiri dan juga kehilangan sosok sahabat terbaiknya yang tewas tepat di depan matanya dalam waktu bersamaan, kini menumpuk semua emosinya dan mengambil Bapang yang tergeletak di tanah. Auranya yang keluar dari Bayu setelah mengenakan Bapang, membuat Frinza merinding.

MartawangsaWhere stories live. Discover now