25 : Tak Ada yang Abadi (END)

1K 192 122
                                    

Hari esok datang menggantikan hari kemarin. Martawangsa Corporation berhasil dilumpuhkan. Mengingat perusahan ini adalah salah satu perusahaan yang berdampak pada perekonomian negara, kini perusahaan milik keluarga Martawangsa itu berdiri di bawah naungan Martawangsa Tirta, dengan pengawasan ketat dari kepolisian dan juga unit Dharma. Martawangsa Broto yang merupakan dalang dari serangkaian peristiwa yang telah terjadi, bertanggung jawab penuh atas kasus tersebut.

Hari ini jenazah para korban yang meninggal atas kejadian Rahwana akan di kebumikan. Uchul dan Emil akan dimakamkan di makan pahlawan. Bait terakhir itu bertuliskan akhir cerita yang sedih, meninggalkan tetesan air mata bagi pembacanya. Bait-bait yang tersisa turut berduka. Seluruh anak Mantra menghadiri pemakaman Uchul.

Dirga, Tirta, Andis, Tama, Kei, dan Ajay yang bahkan rela pulang ke Indonesia dari studinya di Inggris. Andis adalah yang paling terpukul, mengingat dia adalah yang paling dekat dengan Uchul.

Seorang gadis menggenggam tangan Andis. "Yang sabar ya," ucapnya dengan mata berkaca-kaca menatap Andis yang hampir saja tumpah air matanya.

"Dia itu anak yang aneh ... tapi dia yang sebenernya itu--orang yang baik," ucap Andis pada gadis bernama Indri.

Dirga masih terpukul. Ia masih merasa bahwa Uchul mati karena kegagalan rencananya. Tirta menepuk bahunya. "Ga ada yang salah di sini, emang Rahwana aja yang terlalu kuat. Mulai dari sekarang, yang bisa kita lakuin cuma berdoa buat Uchul, dan berkembang agar kejadian kayak gini ga terulang lagi."

Sejujurnya, ia tak punya muka menatap wajah Tirta. Dirga juga merasa Tirta kehilangan satu lengannya karena kecerobohannya.

"Gua seneng, kembaran gua masih hidup. Ga perlu khawatir, bahkan dengan tangan satu, gua masih jauh lebih unggul dari lu kok," ucap Tirta sambil tersenyum.

"Apa Uchul ada di sini?" tanya Ajay pada Andis. Yang membuat semua mata tertuju pada Andis.

"Ya," jawab Andis sambil menunjuk sebuah pohon beringin yang berada tak jauh dari makam Uchul. "Dia lagi ngeliatin kita dengan seringai bodohnya."

Andis berbohong. Banyak arwah berkeliaran di sana, tetapi tidak ada Uchul, tidak ada seringai aneh yang selalu terlihat ketika mereka semua dalam kesulitan.

Seluruh anggota mantra menghadap ke arah pohon itu dan membungkukkan badan. "Kenapa kelihatan payah begitu? Kekeke," ucap Andis seakan menyampaikan pesan Uchul yang sebenarnya tidak ada.

"Selamat jalan, sobat," ucap Dirga.

"Martawangsa Corp udah runtuh, sekarang apa yang bakalan lu lakuin?" tanya Ajay pada Dirga.

"Entahlah, let it flow aja. Yang jelas memulai kehidupan baru." Dirga kembali mengenakan jaketnya dan membuka sebungkus permen lolipop. Ia berjalan meninggalkan mantra yang tersisa.

"Sampai berjumpa lagi," ucapnya sambil berjalan membelakangi dan melambaikan tangan pada mereka semua.

Setelah itu mereka semua kembali berpencar mengikuti Sang Ketua yang pergi entah kemana.

Andis berbalik arah, hembusan angin menerpanya halus. "Kekeke thankyou." Seolah berbisik lirih di telinganya.

"Andis, jangan nangis. Nanti Uchul sedih," ucap Indri yang menatap Andis. Hujan mulai turun membasahi pipinya.

"Orang model dia ga akan sedih, yang ada malah cekikikan liat aku nangis," balas Andis sambil melanjutkan langkahnya.

* * *

Di satu sisi, Bayu sengaja datang terlambat karena ia tahu anak mantra akan menghadiri pemakaman Uchul, ia tak mau ada kesalahpahaman terjadi, mengingat ia adalah seorang anggota peti hitam. Dan lagi--ia masih menjadi seorang buronan.

MartawangsaWhere stories live. Discover now