0 : Prolog

1.5K 219 42
                                    

"Jadi gimana perkembangan hubungan lu sama nia nal?" Tanya Wily.

"Besok gua tembak langsung orangnya wil." Balas Ronal.

"Mantul pak ronal." 

Mereka tertawa bersama dan berbincang ringan di tengah perjalanan pulang. Hingga tiba di sebuah persimpangan.

"Nal gua duluan ya, hati-hati lo dijalan, di depan jalananya sepi." 

"Yoi Wil, santai aja kali, lu lupa siapa jagoan karate di kampus?" Ronal mencoba sombong.

"Mending kalo orang, bisa di lawan, kalo....."

Belum selesai Willy berkata-kata.

"Wil jangan ngomong sembarangan, gua ngerasa daritadi ada yang ngikutin kita." Ucap Ronal yang mulai merasa takut.

"Yowes, lagi juga cuma perasaan lo doang kali, gua aja biasa aja." Mencoba menenangkan Ronal

Setelah sedikit berbasa basi, merekapun berpisah.

Ronal berjalan menyusuri jalan yang sepi dan gelap, di mana hanya ada sedikit penerangan karena memang dia tinggal di sebuah desa yang masih tradisional. Tiba-tiba tepat di bawah lampu jalan, ia melihat seorang yang sepertinya laki-laki, sedang berdiri mematung.

"Orang bukan tuh?" Batinya.

Ronal tetap berjalan menyusuri jalan itu dan berusaha menghiraukan orang yg berada beberapa meter di depanya.

Tiba-tiba orang itu melakukan gerakan aneh, dia menari tarian tradisional jawa dengan lihainya.

Ronal semakin merasa takut, ia bahkan ikut terdiam dan tak berani melangkahkan kakinya.

Tiba-tiba lampu yang berada tepat di atas orang itu mati. Dan tidak butuh waktu lama lampu itu nyala kembali.

Namun anehnya orang yang tadi sedang menari itu hilang bersamaan dengan matinya lampu tadi.

krincing...krincing...

terdengar suara lonceng dari arah belakang Ronal berdiri. Ia menoleh dan melihat sebuah delman. Delman itu berhenti tepat di sebelahnya.

"Ngapain malem-malem bengong di tengah jalan mas? nanti kesurupan loh." Ucap pak kusir yang sedang bekerja, mengendarai kuda supaya baik jalanya.

"A...anu pak tadi ada orang lagi nari-nari di bawah lampu." Jawab Ronal.

"Mana? wong ga ada siapa-siapa to mas."

Melihat delman di jam yang sudah terbilang larut ini juga adak sedikit aneh.

"B...bapak mau kemana? lagi narik?" Tanya Ronal.

"Lagi mau pulang saya mas, tadi dari kota abis nganterin pelanggan. Memang tinggal dimana mas? kalo searah nanti saya antar." Pak kusir memberi tawaran.

"Di depan situ sih pak sebentar lagi sampai."

"Ikut saya saja mas, kebetulan saya lewat situ."

Karena takut melewati lampu jalan yang menyeramkan tadi, Ronal meng iya kan tawaran kusir delman itu. Ia naik ke delman itu dan delman itu langsung berjalan.

"Dari mana mas jam segini baru pulang?" Tanya pak kusir.

"Dari kampus pak." Jawab Ronal.

Akhirnya delman itu melewati lampu tempat orang aneh tadi menari-nari.

"Brrrr... Dingin banget." Ucap pak kusir.

"Iya nih pak, gara-gara tadi abis ujan."

"Kirain gara-gara malem jum'at." Canda pak kusir.

MartawangsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang