11 : Ambigu, Lawan & Kawan

654 158 151
                                    

Sejujurnya, luka itu mengingatkan Bayu pada sosok Bapang palsu yang ia bunuh di kampung halamannya. Saat itu Bayu menusuk punggung Bapang palsu hingga tembus ke dadanya, letak yang sama persis dengan letak luka milik Gentar. Bayu memiliki kebiasaan yang aneh, ia mengingat persis letak posisi yang ia buat ketika ia membunuh lawannya.

.

.

.

"Bay, Bayu." Panggilan Gentar membuyarkan lamunan Bayu yang secara spontan mengluarkan keringat dingin, Bayu menoleh ke arah Gentar.

"Jadi, kamu punya rencana apa?" tanya gentar.

"Ga ada sih, cuma ya--pengen cepet-cepet menghabisi para Martawangsa itu aja," ucap Bayu yang mencoba tenang dan berpikir positif.

"Tapi kalo emang masih pada rencana awal, saya ga protes." Bayu memutar badannya dan hendak keluar dari kamar Gentar, tetapi Widyatama berdiri di depan pintu, seolah menghadangnya. Gentar memberikan isyarat untuk membiarkan Bayu pergi. Bayu berjalan melewati bocah itu, mata mereka bertatapan dengan sorot mata yang sama-sama dingin.

***

Beberapa jam berlalu, Dirga baru saja tersadar. Entah sudah berapa lama ia tak sadarkan diri, perutnya terasa panas akibat pukulan terakhir Tirta. Yang jelas langit sudah gelap, tanpa sepeser bintang 'pun di langit.

Dirga beranjak dan berjalan dengan sempoyongan, hingga seseorang tiba-tiba saja merangkulnya.

"Siapa orang yang bikin lu babak belur?" ucapnya sambil menopang Dirga.

Dirga menatap orang itu.

"Gimana caranya lu nemuin gua?"

"Hidung gua ini peka terhadap aroma Martawangsa, gua ga nyari lu, ini cuma kebetulan," jawabnya.

"Bay, Bay--"

"Ga ada yang namanya kebetulan di dunia ini, kemungkinannya cuma 0,1%" lanjut Dirga.

Bayu merebahkan  Dirga di pinggiran kali besar, Kota Tua.

"Cuma lu sekutu yang gua punya sekarang," ucap Bayu yang duduk di samping Dirga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Cuma lu sekutu yang gua punya sekarang," ucap Bayu yang duduk di samping Dirga.

Dirga mengerutkan dahinya seraya dengan matanya yang menyipit hampir tertutup, ia menatap Bayu dengan tanda tanya besar.

"Entah, gua merasa, Gentar dan Widyatama ga bisa dipercaya--" ucapan Bayu terpotong, ia tampak menggigit bibir bawahnya.

"Tentang kematian anggota peti hitam, mereka tampak tak bersedih kehilangan rekannya."

Dirga menatap Bayu yang terlihat getir. Bagaimana tidak, Bayu telah menghabiskan waktu yang cukup lama dengan Wengi, Ronggeng dan Suro. Sebuah ikatan sudah terikat diantara anggota peti hitam di bawah pimpinan Mikail. Namun, peti hitam yang sekarang berbeda, tempat ini terasa dingin dan menyakitkan untuk Bayu.

MartawangsaWhere stories live. Discover now