23 : Mati Satu Tumbuh Seribu

648 161 116
                                    

"Jika satu pengguna resonansi jiwa tak cukup untuk menghajarmu, bagaimana jika dua?"

"Saatnya bergembira, tokoh utama pahlawannya sudah tiba," ucap Bayu yang menatap Rahwana dari balik topeng Bapang.

Rahwana menyeringai, ia bertukar tempat dengan Gentar. "Sepertinya ini akan menarik."

"Woy, ga usah maksain," ucap Dirga pada Bayu.

"Hah?!" Bayu menatap Dirga.

"Lu mending istirahat aja, daripada cuma jadi beban," balas Bayu.

"Tengil!" balas Dirga.

Sebuah hawa panas terasa dari arah Rahwana, mulutnya terbuka dengan kobaran api membara. Makhluk itu menembakkan bola api dari mulutnya.

Dirga menghindar ke arah kiri dan Bayu ke arah kanan. Bayu langsung melesat ke arah Rahwana dari depan, sementara Dirga menghilang dan muncul di belakang Rahwana. Dirga mengayunkan gada Tumenggung dan Bayu melayangkan tebasan.

Rahwana menangkis gada Tumenggung dengan tangan kanannya, sementara ia menembakkan bola api lagi ke arah Bayu, tetapi bola api itu menembus Bayu layaknya hologram. Dirga memberikan efek ilusi menggunakan kemampuan Sekartaji.

"Ilusi yang menyebalkan, bukan?" Bayu menebas Rahwana secara vertikal.

Darah segar mengalir dari luka tebasan Bapang. Dirga memukul keras punggung Rahwana menggunakan gada Tumenggung yang bermandikan braja. Kombinasi dua Martawangsa muda itu mampu menyudutkan Rahwana.

"Mundur!" teriak Dirga pada Bayu.

Dirga meletakkan Tumenggung di tanah dan mengarahkan kesepuluh jarinya ke arah rahwana. Ia menghujani Rahwana dengan tembakan milik Asmorobangun.

"Manekin iblis ...," tutur Dirga lirih.

Puluhan manekin iblis muncul, mereka menyerang Rahwana seperti sekumpulan semut. Dirga lanjut mengambil gada Tumenggung dan menghilang, ia muncul tepat beberapa meter di atas Rahwana.

"Amiluhur!" Dirga memberikan tekanan pada Rahwana yang sedang dikerubungi oleh manekin iblis.

"Gunung Sari!" Dirga juga memperkuat tubuhnya untuk membuat satu serangan ini menjadi serangan terakhirnya. Ia berniat untuk mengakhiri Rahwana secepatnya.

"Braja!" Rambutnya berdiri, warnanya berubah menjadi putih. Dirga masuk ke dalam mode braja. Tentu saja itu sangat beresiko, ia mengenakan dua topeng, dan melakukan resonansi jiwa, ditambah Dirga masuk ke dalam mode braja. Mungkin setelah ini, ia juga akan tumbang karena atmanya terkuras habis.

Gua kasih nama apa ya jurus sekeren ini? pikir Dirga.

Dirga memiliki kebiasaan unik. Setiap bertarung, ia pasti berisik dengan berteriak nama-nama jurus andalannya. Dirga selalu menamai setiap tekniknya dengan nama-nama yang menurutnya keren. Jika ia memiliki jurus yang belum memiliki nama yang cocok, ia cenderung tak akan mengeluarkan jurus itu seolah-olah ia memang tak bisa menggunakannya.

Dirga mengingat anime jepang yang ia tonton belakangan ini, ia memberikan nama jurus barunya dengan nama jurus karakter dalam anime tersebut.

"Kaminari!" serunya sambil memukul Rahwana dengan gada saktinya.

Kaminari dalam bahasa jepang bermakna gemuruh. Ledakan besar terjadi, gemuruh itu memancing petir dari langit yang tak berbulan. Petir menyambar ke arah gada milik Dirga, membuat seluruh orang yang melihat bergidik ngeri. Rahwana terkena telak jurus pamungkasnya.

"Kekeke untung aja dia ada dipihak kita," tutur Uchul yang menonton pertarungan itu bersama unit Dharma.

Kalo gua yang kena, u-udah pasti tewas kan? batin Septa.

MartawangsaWhere stories live. Discover now