13 : Tumbal Pengganti

587 157 76
                                    

Mereka berdua terlempar ke alam Suratma.

"Woy, Chul! Kalo kita ke alam suratma, tubuh kita gimana?" tanya Dirga panik.

"Suratma total--"

"Jiwa dan raga kita ada di Alam Suratma saat ini," jelas Uchul yang berbaring dengan napas yang hampir habis.

"Untuk saat ini, kita aman--"

Belum sempat mereka beristirahat, tiba-tiba saja terdengar langkah suara kaki seseorang yang berjalan menghampiri mereka. Tak jelas siapa, Alam Suratma begitu gelap, Dirga dan Uchul memasang kuda-kuda bertarung.

Semakin orang itu mendekati mereka, semakin jelas sosoknya, orang itu menyeringai ke arah Uchul dan Dirga.

"Brengsek!" pekik Uchul dengan mata yang melotot menatap orang itu.

.

.

.

Widyatama berdiri sambil mencari keberadaan Uchul dan Dirga, sejujurnya ia tak begitu mengerti, bagaimana cara mereka berdua hilang secepat itu.

Tumenggung? pikir Widyatama.

Widyatama berjalan menyusuri seluk beluk gang sempit itu sambil memperhatikan sekelilingnya. Ia mencari keberadaan Uchul dan Dirga dengan sangat teliti.

Ke mana mereka?

Bocah itu berjalan hingga ujung gang, tak ada siapapun di sana, ia kehilangan jejak dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke markas. Gentar menyuruhnya ikut hanya untuk mengawasi Dirga. Menurut Gentar, Dirga menyembunyikan sesuatu, seperti bekerja sama dengan Martawangsa atau mungkin Dharma. Dan terjawab sudah, Widyatama mendapati sosoknya yang bersekongkol dengan Uchul yang merupakan anggota Dharma.

"Orang itu bersekutu dengan polisi," tulis Widyatama dalam pesan singkatnya. Setelah itu ia melanjutkan langkahnya menuju markas peti hitam.

Sesaimpainya di markas, keadaan begitu mengerikan. Seperti terkena hujan meteor, markas peti hitam hancur berantakan. Kaca-kaca yang pecah, goresan cakar di mana-mana, pintu yang tak berada pada tempatnya, dan juga barang-barang yang berhamburan seperti kapal pecah.

Widyatama dalam mode siap tempur, ia berjalan masuk dengan langkah yang pelan dan hati-hati. Prinsip keluarga Wijayakusuma adalah membunuh tanpa suara. Jika keluarga Lohia memiliki langkah petir dalam mode Braja, keluarga Wijayakusuma memiliki langkah bayangan.

Langkah bayangan adalah langkah yang bertolak belakang dengan prinsip langkah petir. Jika langkah petir adalah langkah yang cepat, maka langkah bayangan adalah langkah yang pelan. Melangkah dangan pelan, tetapi memiliki sebuah ritme yang rumit, sehingga tak terdeteksi oleh mangsanya, serta mampu memunculkan ilusi.

 Melangkah dangan pelan, tetapi memiliki sebuah ritme yang rumit, sehingga tak terdeteksi oleh mangsanya, serta mampu memunculkan ilusi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sreek~

Widyatama menoleh ke arah halaman belakang, ia merasakan hawa membunuh yang sangat besar hingga mengintimadasinya.

MartawangsaWhere stories live. Discover now