1 : Martawangsa

907 207 50
                                    

"Lingsir wengi sliramu tumeking sirno..."

"Ojo tangi nggonmu guling..."

"Awas jo ngetoro..."

"Aku lagi bang wingo wingo..."

"Jin setan kang tak utusi..."

"Dadyo sebarang..."

"Wojo lelayu sebet."

Seperti pada malam jum'at biasa, Ibu selalu bernyanyi di depan pohon beringin tua yang ada di belakang rumah, dengan nada sinden yang sangat membuat bulu kuduk merinding. Sambil, Kak Sari menari tarian sinten dengan diiringi nyanyian Ibu. Sementara, Bapak sedang duduk dan berkomat-kamit seperti membaca sebuah mantra di depan sesajenan yang biasa selalu ada di pohon beringin itu.

Bayu hanya anak yang belum tahu apa-apa saat itu, yang ia tahu hanya banyak kejadian-kejadian yang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata di rumah ini. Dari seorang anak gadis yang sepertinya sedikit lebih tua darinya sedang bermain di ayunan pada tengah malam, bungkusan permen berwarna putih yang melompat-lompat di daerah dapur dan wanita bergaun putih yang tidur di bawah tempat tidurnya.

Bayu, terlahir dari keluarga bangsawan bernama Martawangsa yang konon katanya pada zaman dahulu adalah salah satu dari sepuluh keluarga Agung yang mengabdi pada Raja Yudistira VII. Tentu saja di zaman raja-raja, dunia manusia dan alam ghaib sangat erat kaitannya. Tak sedikit manusia yang bersekutu dengan mereka yang hidup dari dunia ghaib untuk memperoleh kekayaan, kecantikan, bahkan kesaktian.

Tahun ini adalah ulang tahun ke sepuluh Bayu, tepat dua hari lagi genap usianya menjadi sepuluh tahun.

"Ibu, nanti mau ngasih hadiah apa?" tanya Bayu pada ibunya.

"Rahasia--" jawab Ibu.

"Ayah dan Ibu punya kejutan besar buat Bayu pokoknya," lanjut Ibu.

"Yeeey!"

Anak itu berlari-larian saking senangnya mendengar akan mendapatkan kejutan dari orang tuanya. Sambil duduk di pelataran rumah, Ibu tersenyum melihat tingkah anaknya yang sangat bergembira, karena akan mendapatkan hadiah.

Malam telah tiba, seperti biasa sebelum tidur, Ning selalu menemani Bayu.

"Ning, dua hari lagi aku mau ulang tahun loh," ucap Bayu kecil.

"Kamu harus segera lari dari rumah ini, Bayu," ucap Ning dengan wajah cemberut.

"Kenapa harus lari?"

"Mereka akan membunuhmu," jawab Ning.

"Hahahaha, selalu saja begitu, mereka tak akan melakukan itu padaku."

Pintu kamar Bayu yang terbuat dari kayu jati itu tiba-tiba terbuka.

"Kamu belum tidur nak?" ucap Ibu yang masuk ke dalam kamar Bayu.

"Bayu lagi ngobrol sama, Ning."

"Ning?" tanya Ibu yang memperhatikan seluruh isi kamar Bayu.

"Dia ada di sebelah Ibu," ucap Bayu.

"Cukup Bayu!" bentak Ibu.

"Sudah ibu bilang berkali-kali, itu cuma halusinasi kamu, tidak ada siapapun di kamar kamu, mengerti?"

"Tapi bu--"

"Tidur kamu, sekarang," pinta Ibu.

"Iya Bu," Bayu menuruti apa kata ibu dengan wajah yang sedih.

Ibu mematikan lampu dan keluar dari kamar Bayu. Bayu langsung memejamkan matanya untuk segera tidur.

Malam telah larut, Bayu kecil tiba-tiba terbangun karena merasa ingin membuang air kecil. Untuk menuju kamar mandi, ia harus berjalan melewati kamar orang tuanya.

MartawangsaWhere stories live. Discover now