9 : Reuni Pahit

679 182 108
                                    

"Malam ini, kita pindah tempat, tempat ini sudah tidak aman! Kita susun rencana baru. Tiga hari lagi, kita akan perang habis-habisan dengan para Dasamuka," ucap Gentar.

"Dalam waktu dua malam, kalian harus bertambah kuat," lanjut gentar menatap ke arah Dirga dan Bayu.

.

.

.

Pagi ini Naya baru saja terbangun dari tidurnya, tiba-tiba saja sebuah panggilan masuk muncul di hp nya.

Siapa nih? Nomor tidak diketahui? batin Naya.

"Halo--"

"Naya, boleh minta tolong?" ucap seseorang di dalam panggilan itu.

"Dirga?"

Panggilan itu berasal dari Dirga, ia meminta Naya untuk bertemu dengannya di daerah kota tua. Ia juga memberikan dua alamat pada Naya. Alamat pertama adalah lokasi pertemuannya dengan Dirga, dan kedua adalah lokasi makras peti hitam yang lama.

"Berikan alamat ini pada Tirta." Begitulah ucapan terakhir Dirga sebelum ia mematikan panggilannya.

***

Hari semakin siang, Naya menghampiri sebuah kafe yang terletak di kota tua. Ia menangkap Dirga dengan matanya, Dirga duduk di kursi yang terletak di luar kafe.

"Dirga!" panggil Naya.

Sontak membuat Dirga menoleh dan melambaikan tangannya. "Yo."

"Kamu sehat?" tanya Naya.

"Ya, begitulah," jawab Dirga singkat.

"Terimakash karena udah nolong aku beberapa hari yang lalu." Gadis itu kini menunduk menatap meja.

"Santai, udah deh, kamu pesen aja dulu," ucap Dirga berusaha mencairkan suasana, ia memanggil salah seorang waiters.

"Saya tambah, espresso double shot ya," ucap Dirga.

"Aku vanilla latte," timpal Naya.

"Udah kamu kasih alamat yang aku kirim?" tanya Dirga.

Naya hanya mengangguk.

"Kamu sendirian kan?" tanya Dirga sambil melihat sekitar.

"Iya, aku sendirian kok, jadi kenapa ngajak ketemuan?" tanya Naya.

"Gapapa, aku cuma agak khawatir aja. Gimana, masih ada yang ngikutin kamu?" tanya Dirga.

Naya hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Makasih udah khawatirin aku ya," ucap Naya masih dengan senyum tipisnya.

"Ya, aku cuma ga mau ada korban yang jatuh lagi gara-gara Martawangsa sialan itu," ucap Dirga.

"Mereka bilang, kamu orang jahat. Emangnya bener?" tanya Naya penasaran.

"Maybe yes, maybe no. Tergantung dari sudut pandang aja."

"Dirga?" Di tengah perbincangan mereka, tiba-tiba seseorang datang dan berdiri di samping Dirga, ia menatap Dirga dengan heran. Seorang gadis berambut panjang, dengan kacamata bundar.

"Mila?"

Karmila menatap Naya yang duduk semeja dengan Dirga. Ia perlahan mundur dan berjalan tanpa kata.

"Mil, Mila tunggu oi." Dirga beranjak dari duduknya dan mengejar Mila.

"Mila, hei." Dirga masih mengejar Mila yang berjalan sangat cepat.

"Mila!" Dirga menggenggam tangan Mila dari belakang.

Mila tak menjawab, ia hanya berusaha melepaskan diri dari Dirga dengan mata yang berkaca-kaca dibalik kacamatanya.

MartawangsaWhere stories live. Discover now