I KNOW YOU KNOW IT

1.4K 143 5
                                    


Dalam perjalanan menuju rumahnya, Wisnu kembali memutar percakapannya dengan kakak laki-laki Rara, Anggara. Dia pria berwibawa, bagi Wisnu pria itu cocok dijadikan partner berdikusi. Semua masukan dan komentarnya begitu masuk akal. Termasuk pembahasan mengenai hal gaib. Ketika ia akhirnya mengaku bahwa ia bisa berinteraksi, Anggara sama sekali tidak terkejut, tentu saja pria itu tahu. Dengan memiliki kemampuan seperti itu, tidak heran jika Anggara bisa melihatnya dengan jelas.

Namun, ada satu fakta yang baru ia ketahui dari Anggara. Bahwa ternyata, Rara memiliki trauma, yang membuat gadis itu ketakutan hebat jika bertemu sosok kuntilanak. Kepanikan yang sering muncul itu berawal ketika Rara masih duduk di bangku sekolah dasar. Gadis itu pernah 'dibawa' oleh sosok kuntilanak. Sosok itu begitu menginginkan Rara untuk dijadikan sebagai anaknya dan membawa Rara masuk ke dimensi lain sampai tiga hari dinyatakan hilang. Beruntung ada tetangga yang bisa melihat dan akhirnya Rara bisa ditemukan. Namun satu minggu setelah Rara ditemukan, gadis itu sakit selama hampir tiga bulan. Dan parahnya lagi, Rara sempat tidak bisa bicara.

Sebenarnya tanpa perlu diminta, ia sendiri sudah berusaha membuat Rara aman berada di sekolah. Hanya saja ia kesulitan mengatasi satu sosok yang sepertinya terobsesi mengganggu Rara. Beberapa kali sosok itu menampakkan dirinya, dan beberapa kali pula ia berusaha menyingkirkannya. Ia belum sehebat itu untuk menyelidiki apa alasan makhluk itu mengganggu Rara.

Sosok yang kadang menampakkan diri berseragam sekolah itu memiliki wujud asli begitu menyeramkan, dengan wajah hancur dan penuh darah. Namun ketika sosok itu mengganggu Rara, ia akan berubah menjadi kuntilanak merah. Sosok kuntilanak merah adalah sosok yang memiliki dendam dan amarah. Inilah yang tidak Wisnu ketahui, kenapa sosok itu menghantui Rara dengan menunjukkan wujud aslinya.

"Baru pulang, Nu?" Sapa Papa yang duduk di depan tv sambil berkutat dengan ipadnya. Bunda tersenyum menyapanya sembari mengiris apel.

"Sudah makan, Bang? Bunda angetin sayur asem kesukaan kamu ya?" Ibu tirinya melenggang menuju meja makan.

Ia mengganti baju dulu sebelum kembali menuju meja makan, menyantap makan malam yang sempat ia lewatkan karena menunggu hujan reda sekaligus menyelesaikan satu permainan catur bersama Mas Anggara.

"Abang tadi main kemana kok pulang malem?" Bunda menuangkan air putih ke gelasnya lalu duduk di seberang meja berhadapan dengan Wisnu.

Bunda adalah ibu tiri terbaik baginya. Sejak perceraian Mama dan Papanya empat tahun lalu yang sempat membuatnya hancur. Bunda lah yang selalu ada dan membantunya bangkit dari rasa sakit yang disebabkan oleh Mama. Mama berselingkuh dengan pengusaha asal Belanda. Seharusnya, Mama lah orang yang patut disalahkan dalam hancurnya masa remajanya. Namun ia tidak bisa menyalahkan siapa-siapa karena seperti yang Bunda katakan, memang begini jalannya.

Terlepas dari apapun kata takdir, Bunda adalah orang paling berjasa dalam keluarganya saat ini. Ia satu-satunya orang yang memastikan Papa baik-baik saja. Ia yang membesarkannya dan memberikan kasih sayangnya seperti mengasuh anak kandung sendiri.

"Tadi nunggu ujan reda di rumah temen."

"Trus kok nggak ngabarin rumah? Daritadi Papa nanyain terus, loh." Bunda menyangga dagunya dengan tangan sambil menemani putranya makan.

Wisnu mengingat-ingat dimana keberadaan ponselnya karena sedari tadi ia tidak mengotak-atik benda itu. Ah, ya, ponselnya masih berada di meja ruang tamu Rara.

"Ponselku ketinggalan di rumah temen, Bun."

"Ponsel lo ketinggalan di rumah Rara?" Suara kakaknya di tangga terdengar. Ia melangkah mendekati meja makan dan ikut duduk disamping Bunda.

INDIGO'S LOVE [End]Where stories live. Discover now