PERJANJIAN DENGAN IBLIS

1.2K 123 2
                                    


Helaan napas Fredy terasa berat saat menatap wajah Nilam yang terlihat putus asa. Dari tatapan sahabatnya itu, ia tahu, ada sesuatu yang terjadi dibalik peristiwa percobaan bunuh diri putrinya. Ia menunggu sampai Nilam berani bercerita. Rara memang sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, tapi kondisinya masih belum sadarkan diri. Setelah memastikan bahwa kondisi Rara sudah kembali normal dibawah pengawasan suaminya dan Lina, Nilam memintanya untuk menemani ke kafe depan rumah sakit.

"Apa yang terjadi?" tanya Fredy yang sudah tidak sabar, ia sudah tidak tahan menyelami kesakitan di wajah sahabatnya.

"Kamu ingat waktu SMA, aku orangnya seperti apa, Fred?"

Fredy mengingat kembali masa-masa sekolah mereka. Ia dan Nilam adalah dua sahabat yang menjelma seperti saudara kandung. Kemana-mana berdua, berbuat nakal berdua, menjahili teman-temannya juga berdua. Bahkan mereka tidak malu saling mengomentari dalaman satu sama lain. Semenyenangkan itu persahabatan mereka dulu.

Nilam adalah orang yang paling beringas dan paling kuat yang pernah Fredy kenal. Perempuan paling berani menghadapi cowok-cowok brengsek di sekolahnya. Dan tak jarang ia membantu teman-teman yang membutuhkannya menghadapi geng musuh, baik itu dalam hal melabrak selingkuhan temannya, atau ikut tawuran antar sekolah.

"Aku pernah melakukan kesalahan besar yang nggak pernah kamu tahu."

Fredy mengernyit.

"Tiga puluh tujuh tahun yang lalu, ketika kita masih kelas dua SMA, aku pernah membully murid kelas satu."

"Bukannya kamu udah biasa ngebully?" Fredy tertawa menyindir.

Nilam tersenyum, senyum yang menyedihkan dimata Fredy.

"Kamu tahu Ratih?"

Ia kembali mengernyit, ia tidak pernah mengenal nama itu.

"Dulu dia suka kamu. Aku pernah melihat dia diam-diam menaruh surat di laci kamu. Tapi aku buang dan saat itulah aku mulai bertindak."

"Kenapa?"

Nilam mengernyit penuh penyesalan, "Bagiku waktu itu, dia terlalu culun untuk kamu. Kamu ingat Fred, dulu kita sama-sama selektif untuk pasangan masing-masing. Dan menurutku, dia bukan kriteria kamu," Nilam menggeleng, betapa kekanakannya ia dulu.

Fredy mengangguk setuju. Ia juga pernah sengaja merusak hubungan Nilam dengan pacarnya karena ternyata Nilam hanya dijadikan bahan taruhan cowok itu, dan dengan senang hati ia menghabisinya sampai pacar Nilam dilarikan ke rumah sakit. Dirinya pun ikut di seret ke kantor polisi oleh pihak keluarganya atas tuduhan penganiayaan. Beruntung ada Mas Yudha yang memiliki jabatan cukup tinggi disana, sehingga ia bisa bebas begitu saja.

Tapi ia masih belum bisa menebak kemana arah pembicaraan ini.

"Setiap hari, setiap aku ketemu dia, sebisa mungkin aku buat dia tersiksa. Semua kalimat binatang dan hinaan keluar dari mulut begitu saja. Aku pernah bilang, dia jelek, dia nggak pantas buat kamu, dia nggak akan pernah pantas." Nilam mulai terisak. 

"Aku pernah bawa dia ke toilet sekolah, mengguyur dia sampai basah kuyup sampai-sampai dia nggak berani keluar. Setiap hari, ban sepedanya selalu aku sobek. Parahnya, aku semakin murka ketika dia nuduh perlakuan jahatku ke dia selama ini karena aku suka sama kamu. Aku geram, dia nggak tahu seperti apa persaudaraan kita. Sampai akhirnya aku jebak dia buat datang ke tempat prostitusi. aku bodoh Fred, aku bodoh banget!" Nilam menangis pilu.

"Jangan bilang dia murid yang terjun dari lantai tiga itu?"

Nilam menatapnya nanar.

"Nilam!" Mata Fredy menatapnya ngeri, mencoba mencerna semua yang sahabatnya itu ceritakan.

INDIGO'S LOVE [End]Where stories live. Discover now