THANKS CLARA

1.3K 138 7
                                    


Acara menginap di rumah teman menjadi salah satu kegiatan yang sering dilakukan Beben and the gang sejak mereka duduk di bangku SMP. Dan kini, semua sepakat untuk menginap di rumah Rara setelah bulan lalu mereka menginap di rumah ala ala Jepang milik  Hina. Ternyata, Hinata Ito adalah putri pemilik salah satu cabang perusahaan motor Jepang di Indonesia. Ia pindah ke Indonesia lima tahun yang lalu bersama keluarganya. Jangan ditanya betapa kayanya Hina. Profil Yamada Ito, Ayahnya pernah mengisi salah satu halaman di majalah Forbes.

"Waw, rumah lo gede juga ya, Ra." Beben berbisik ketika duduk di ruang tamu.

Beben, menjadi laki-laki pengecualian yang selalu bisa diterima untuk menginap bersama para cewek-cewek. Demi apapun, gaya berpakaiannya sudah seperti para gadis remaja dengan celana jeans ketat dan atasan kemeja perempuan yang dimasukkan ke dalam celana.

Anggara yang baru datang dari kantor tidak terkejut atas keramaian yang ditimbulkan geng adiknya. Karena sejak kemarin Rara sudah meminta izin agar mereka diperbolehkan menginap di akhir pekan. Termasuk menerima Beben meskipun Rara dan Anggara sempat berdebat.

"Selamat malam, Mas," sapa semua teman-teman Rara.

"Hai, malam semua, jadi nginep disini, kan?" Anggara berhenti sebentar menyapa teman-teman Rara.

Dengan sok imutnya semua mengangguk.

"Ijin nginep disini ya, Mas." Beben menebar senyum sumringah melihat keberadaan Anggara. Ini pertama kalinya mereka melihat Kakak laki-laki Rara. Dan mereka semua terpesona dengan kharisma laki-laki itu. Termasuk Beben. 

Anggara tersenyum. "Iya nggak apa-apa, anggap aja rumah sendiri." Anggara menoleh pada Rara, "nanti minta Mang Ujang bawain kasur tambahan di kamar tamu biar dipindah ke kamar kamu."

Rara mengangguk.

"Saya masuk dulu ya."

"Oh, iya Mas silahkan, makasih banyak loh, jadi ngrepotin." Masih Beben yang menyahut, membuat Puput dan Dilla mengernyit jijik mendengar nada centil Beben.

Sedangkan Anggara hanya tertawa sebelum masuk ke dalam rumah.

"Ra, serius, Ra, nyokap bokap lo kek gimana sih, anaknya pada cakep semua." Beben menggandeng lengan Rara saat Rara membawa mereka semua menuju kamar.

"Lo tuh, ya. Tiap ada cowok ganteng nggak bisa nggak absen caper." Dilla menoyor kepala Beben. Sedangkan yang ditoyor hanya tersenyum girang.

Jam dinding di kamar Rara hampir menunjukkan pukul sebelas malam. Semua masih asyik bercerita tentang pengalaman dan kebodohan masing-masing sampai mereka mendengar suara pintu depan berbunyi yang membuat mereka semua terdiam – memastikan apakah ada orang baru masuk. Suara langkah kaki yang semakin mendekat membuat mereka siaga.

"Astaghfirullah!" Beberapa teriakan terdengar saat pintu kamar Rara terbuka. Semuanya terduduk kaget.

"Eh, sori sori, Mbak ngagetin ya?" Rara membuka pintunya lebih lebar lagi. Kakaknya terlihat merasa bersalah.

"Oh, tidak kok Mbak," jawab Hina yang sudah duluan mengenal Kakak perempuan Rara.

Lina mengangguk senang. "Nih, Mbak bawain camilan khas Bandung buat nemenin kalian ngerumpi. Tapi inget, jangan sampai pagi ya, istirahat."

"Aduh, makasih ya Mbak. Jadi ngerepotin banget." Dilla menerima camilan itu dengan senang hati, yang langsung dibalas toyoran Beben. "Giliran ada makanan aja paling depan, lo!"

Hal itu membuat mereka semua tertawa termasuk Lina.

"Yaudah, Mbak ke kamar ya. Have fun!"

INDIGO'S LOVE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang