BLOODY PROM NIGHT

1.2K 112 3
                                    


Selesai mandi, Rara duduk di tempat tidurnya bersandar pada punggung ranjang memperhatikan acara televisi yang menyala. Wisnu duduk di sofa dengan ponsel yang masih ia perhatikan. Beberapa menit kemudian ponselnya bergetar. Rara hanya mendengar gumam Wisnu saat menjawab teleponnya, laki-laki itu kemudian menoleh pada Rara.

"Bentar lagi mereka sampai, aku balik ke kamar ya," Wisnu berdiri.

Rara tidak menjawab. Hanya memandang Wisnu nanar.

"Ra?"

Ia masih bergeming. Wisnu menarik napas panjangnya lalu duduk dipinggir ranjang, menghadap Rara, mengambil tangan gadis itu dan menggenggamnya. Ia mengerti apa yang dirasakan gadis itu sekarang, tak di pungkiri, ia pun merasakan hal yang sama.

"Besok, kamu mau nyuekin aku lagi atau gimana? Biar aku nyiapin mental dulu."

Wisnu tersenyum tipis, lalu mengeluarkannya perlahan. "Kamu bahagia hari ini?"

Rara mengangguk. Ia puas untuk hari ini, ia sangat bahagia merasa memiliki Wisnu untuk satu hari. Ia ingin membayangkan masa depan, tapi ia tidak berani.

Mereka sepakat untuk tidak saling memiliki. Dan keputusan itu adalah keputusan terberat yang pernah Rara ambil. Mereka harus berpisah bahkan sebelum memulai apapun. Dadanya terasa sesak mengingat semuanya akan berakhir. Rara tidak yakin akan sanggup melupakan laki-laki itu begitu saja, karena ia terlanjur menanamkan nama Wisnu sedalam mungkin dalam hatinya. Jika ia mencabut nama yang telah mengakar itu, ia tidak tahu seberapa besar luka yang akan ia rasakan.

Rara menggeleng kuat untuk menghalau matanya yang mulai berkabut. Wisnu merangkum wajah Rara, mencium keningnya cukup lama. "Kita cukup saling tahu, Ra. Kalau pun nanti kamu bosan, kamu menemukan kebahagiaan disana bersama orang lain, aku rela. Satu yang perlu kamu ingat, kamu sudah pernah menjadi bahagiaku."

Wisnu menghapus air mata yang ternyata sudah menetes deras di pipi Rara. "Jangan nangis. Aku berat perginya," rintih Wisnu. Dahinya menempel pada dahi Rara. Napas mereka saling memburu akibat rasa sedih yang menguar.

"Kamu tahu aku sayang kamu," bisik Wisnu.

Rara mengangguk.

"Kamu tahu aku cinta kamu," bisik Wisnu lagi.

Rara kembali mengangguk, karena ia pun begitu. Ia mencintai Wisnu. Ia ingin mencintai Wisnu selayaknya orang saling mencinta di luar sana. Tapi mau sebesar apa penyesalan tentang masa lalu yang bahkan dirinya tidak terlibat, ia tidak akan pernah bisa merubahnya. Tidak akan pernah mencintai Wisnu akan berakhir bahagia.

"Selama aku bisa lihat kamu, meskipun dari jauh, aku terima kita bukan siapa-siapa. Karena aku tahu, disini ada aku, iya kan?" tanya Rara lirih sambil menekan dada Wisnu dengan jari telunjuknya.

Wisnu tersenyum mengangguk. Senyum penuh penyesalan. Entah sampai kapan rasa itu bertahan lama. Jika memang takdir menginginkan mereka berpisah, seharusnya rasa itu tidak akan pernah bertahan. Karena mereka percaya, Tuhan tidak akan menyiksa mereka lebih dalam lagi. Ya, mereka percaya itu.

Rara melepaskan gelang kain berbentuk tali yang tadi sempat dibelinya bersama Wisnu, kemudian dipasangkan di pergelangan tangan laki-laki itu. "Selama kamu masih pakai gelang ini, aku tahu di hati kamu masih ada aku."

Wisnu tidak berkomentar apapun, ia tahu maksud Rara. Apapun asal gadis itu bahagia. Bahagia dan tetap hidup, itu cukup melegakannya. "Aku pergi, ya."

Rara tersenyum sambil mengangguk. "Wisnu, makasih." Terima kasih sudah membuatnya tahu bahwa lelaki itu mencintainya. Terima kasih sudah menjelaskan semua pertanyaan tentang 'kenapa'. Terima kasih sudah memberikan kebahagiaan untuk hari ini. Dan terima kasih, sudah menyimpan nama Rara dalam bahagianya.

INDIGO'S LOVE [End]Where stories live. Discover now