GANGGUAN

1.3K 130 3
                                    


"Lo udah lihat postingan terbaru Wisnu? Bagus banget gila, dia jago bikin pemandangan makin enak dilihat." Dilla, Puput, Hina, Beben dan Rara berjalan bergerombol memenuhi koridor sekolah menuju kantin.

"Yang mana?"

"Yang terakhir, coba cek deh." Semuanya, kecuali Rara mengecek ponsel mereka masing-masing.

Decak kagum terdengar di bibir mereka kala melihat sebuah foto puncak candi yang tampak begitu eksotis diambil dari sudut bawah, memperlihatkan langit biru cerah serta awan-awan tipis sebagai background-nya.

"Dia emang paling tahu tempat-tempat bagus yang jarang di datengin orang," kagum Puput.

Rara menutup mulutnya dengan sibuk membuka tutup aplikasi sosial medianya, dari whatsapp, twitter, facebook, kecuali instagram.

"Tunggu, tapi kok foto ini kayak nggak asing ya? Gue pernah lihat dimana?" Dilla menggeser-geser layarnya cukup lama, mencari postingan yang ia lihat setelah bangun tidur tadi pagi. Dan ketika matanya jatuh pada satu postingan di timeline, ia langsung menatap Rara.

"Ra, nggak usah pura-pura bego. Lo abis jalan kemana sama Wisnu?"

Hina, Beben, dan Puput terkesiap, mereka berebut ponsel Dilla seketika. Memperhatikan foto Rara yang sedang berdiri membelakangi kamera dan mendongak menatap candi. Posisi fotonya diambil persis seperti sudut yang diambil Wisnu.

Rara tidak menyahut, ia berjalan lebih cepat meninggalkan teman-temannya yang masih sibuk rebutan ponsel sambil membandingkan foto keduanya. Tatapan mereka antara tidak percaya dan takjub. Keempatnya langsung mengejar dan berteriak, "RARAAAA....!"

"Jadi, lo masih mengelak soal perasaan?" Puput, Rara dan Dilla mengantre bakso di kantin.

"Perasaan siapa?" Rara mengambil lembaran uang di dompetnya.

"Perasaan lo lah ke Wisnu, siapa lagi?" Dilla merasa gemas melihat sahabatnya berlagak bodoh.

"Biasa aja, dia cuma peduli sama gue. Lo tahu gue masih tergolong newbie urusan perhantuan."

"Cinta juga bisa berawal dari kepedulian lho, Ra," tutur Puput mengingatkan.

"Hm, apalagi sikap Wisnu ke elo tuh, kayak... Apa ya Put?" Dilla berusaha mencari istilah yang tepat. "Mata dia tuh nggak pernah lepas dari elo, Ra. Noh, lihat arah jam empat," Dilla menyenggol siku Rara.

Puput dan Rara kompak balik badan, pura-pura memastikan Beben dan Hina ada di tempatnya, padahal ekor mata mereka melihat dimana Wisnu duduk bersama Fadil dan Surya. Uh, mereka hampir ketahuan saling pandang sampai akhirnya sama-sama membuang muka.

"He'eh, Dil, bener Dil, ya ampun...," bisik Puput heboh sembari menarik-narik lengan seragam Dilla. "Lo yakin nggak mau mastiin perasaaan Wisnu gitu, Ra?" 

"Nggak!"

"Apa perlu kita yang turun tangan?" Dilla tersenyum miring.

"Nggak, apaan sih!"

"Nggak apa-apa, Ra, lo hanya perlu diam, kita yang bertindak."

"Ih, dibilang enggak ya enggak! Gue nggak ada perasaan sama dia!" Bentak Rara saat mengambil bakso mereka dan meninggalkan keduanya yang tersentak.

"Lagi PMS apa ya?"

Rara merasa kesal, benar-benar kesal dengan ulah teman-temannya hari ini, ada saja yang membuat mood anjlok. Mulai tadi pagi, Dilla menyeret bukunya agar leluasa mencontek padahal Rara sedang menulis, alhasil, bukunya tercoret bolpoinnya cukup panjang. Lalu Hina yang tiba-tiba panik karena penghapusnya hilang, sampai membuatnya gemas. Kemudian Fadil yang nggak berhenti menggodanya tentang postingan instagram. Terakhir Surya salah mengembalikan buku padanya. Dan sekarang, baksonya tumpah ke meja gara-gara disenggol oleh haters nomor satunya di sekolah.

INDIGO'S LOVE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang