31. Nilai or Kiss?

18.7K 1.8K 29
                                    

Ga seru ahh~~ Banya siders

Suka pas diperhatiin cowok✖️
Suka pas diperhatiin readers

~KEEP STRONG buat yg lagi ada masalah
~HAPPY BIRTHDAY buat yg ultah
~SEMANGAT buat yg lagi terpuruk
-istirahat yg cukup❤️

Happy Reading✨
____________________________________

3 Minggu kemudian

Dua minggu yang lalu, Antariksa School sudah melaksanakan ujian kenaikan kelas untuk siswa-siswinya.

Sedikit cerita, saat ujian berlangsung tempat duduknya tak diacak. Jika ditanya kenapa bisa begitu, itu semua karena kehendak seorang Arel. Arel lah yang membujuk Thariq agar tempat duduknya tak diacak, dengan alasan, takut kalau Ashya nanti kenapa-kenapa, apalagi mengingat perlakuan Bela beberapa minggu lalu. Dan dengan alasan itulah membuatnya mendapatkan tiket setuju dari sang ayah. Padahal alasan aslinya sungguh berbeda, dulu saat Arel ujian kenaikan ke kelas sebelas, ia mendapatkan tempat duduk di sebelah anak perempuan. Dan ia tak mau jika hal itu terjadi, Arel malas karena perempuan itu selalu saja mengganggu dan menggodanya.

Hari ini adalah hari pembagian rapot serta pengumuman peringkat kakak kelas dua belas yang lulus.

Teruntuk kelas dua belas, karena hari ini ada acara perpisahan juga, jadi para orang tua mereka diwajibkan untuk datang. Sedangkan untuk kelas sepuluh dan kelas sebelas hanya perlu datang sendiri untuk mengambil rapot di kelas masing-masing.

Pengambilan rapot dilakukan secara urut absen. Dengan aturan, para siswa-siswi duduk di bangku mereka masing-masing, dan menunggu giliran dipanggil untuk mengambil rapot mereka. Saat rapot dibagikan, mereka juga harus mendengarkan arahan dan nasihat dari sang guru.

Kini giliran Arel yang dipanggil, "Duduk dulu, nak," Ucap sang guru.

Arel menurut, ia duduk dengan wajah malasnya.

"Em, nasihat untuk Verro, kamu harus rajin belajar lagi dan harus lebih hormat dengan peraturan, sebenarnya gak pantas Ibu bilang begini karena Ibu tahu pasti Pak Thariq dan Bu Aliyah mendidik kamu dengan bai, tapi ya, tidak apa kan? Em, Ibu juga tahu kalau kamu itu sebenarnya pintar, hal itu kelihatan dari cara pandang kamu ke soal-soal, Ro. Jadi giatkan lagi ya belajarnya, sekarang kamu itu sudah naik ke kelas dua belas, kelas paling tinggi, jadi raih nilai setinggi-tingginya untuk kelulusan nanti"

Yang diberi nasihat hanya mengangguk, "Makasih, saya permisi dulu," Ucap Arel yang diangguki sang guru.

Arel kembali duduk di tempatnya

"Gimana hasilnya?" Tanya Ashya.

"Gatau"

"Gak kamu cek?"

"Belum"

Ashya hanya mengangguk paham. Ingin sekali dia melihat hasil nilai yang suaminya raih, tapi ia sadar jika saat ini mereka masih berada di sekolah. Bisa-bisa ketahuan status mereka nanti.

Setelah menunggu beberapa menit, kini giliran Ashya pula.

Ashya tersenyum ramah ke wali kelasnya, guru tadi. "Selamat pagi, Bu," Sapa nya mendudukkan diri di depan sang guru.

Guru tersebut membalas senyum ramah Ashya, "Selamat pagi juga. Arashya Alviera?" Tanya guru tersebut dan dibalas anggukan dari Ashya.

"Ini rapotnya," Ujar sang guru memberikan rapot biru Ashya. Ashya menerimanya dengan baik.

ARESHYA [End] Where stories live. Discover now