🌔- Kembali

7.5K 689 79
                                    

Abaikan typo,
Enjoy!

.

.

.

.

"Ergh.." erangan kecil terdengar.

Sang pemilik masih memejamkan matanya. Terasa sangat berat, kepalanya pusing. Tangannya meraba-raba sekitar berusaha mencari pegangan, atau sedikit menyalurkan rasa sakit. Hingga sesuatu menyentuh lembut tangannya.

"Channie?"

Suara ini.. begitu familiar. Haechan berusaha membuka matanya. Ia sedikit mencengkram tangan orang itu. Kepalanya sangat pusing.

"Pelan-pelan saja ya, dibukanya," suara lain terdengar.

Haechan mengikuti suara itu. Membuka pelan kedua matanya. Silau dan buram, ia mengerjap-kerjap kan matanya. Menemukan Eomma dengan seseorang berjas putih.

"Syukurlah." Eomma berbisik lega.

Tangan Eomma masih setia menggenggam tangan Haechan. Mengelus-elus nya lembut.

Haechan menutup matanya kembali. Berusaha menetralisir cahaya. Juga menikmati sentuhan hangat Eomma.

Sementara itu, orang satunya tampak mengamati Haechan. Menganggukkan kepalanya. Berbicara sesuatu dengan Eomma.

Haechan tidak bisa mendengarnya. Indra pendengarannya masih mati rasa. Ia hanya bisa melihat sekarang. Tak lama, orang itu keluar, menyisakan Eomma dan Haechan.

"Haechan.. syukurlah.." Eomma mencium lembut tangan anak satu-satunya itu.

Mata sayu Haechan berusaha melihat Eomma. Ia merasa bersalah melihat air mata membanjiri wajah Eomma.

Ia memutar kepalanya menghadap Eomma. Pusing, namun ia tidak ingin mengkhawatirkan wanita yang sangat ia sayangi itu.

"Eom.. ma.." Haechan berusaha berbicara. Ia mengernyit saat rasa perih menyerang tenggorokannya.

"Haechan butuh sesuatu?" Eomma memandang Haechan khawatir.

Yang ditanya tak menjawab. Ia memilih diam. Tangan Haechan bergerak mengeratkan genggaman Eomma.

"Haechan mau minum?" Haechan mengangguk pelan.

Eomma melepaskan sejenak genggaman mereka. Mengambil segelas air dan sedotan untuk memudahkan Haechan minum.

"Eomma bantu lepas ya," ucapan Eomma menyadarkan Haechan sesuatu. Ia memakai masker oksigen. Pantas ia sedikit kesulitan menggerakkan kepalanya.

Haechan mengangguk pelan. Membiarkan Eomma melepaskan masker oksigennya, kemudian mendudukkan Haechan. Eomma memberi bantal di punggung Haechan.

Perlahan, mendekatkan sedotan di bibir Haechan. Haechan membuka mulutnya pelan. Merasakan sensasi air melewati tenggorokannya.

Awalnya sedikit perih, namun lama-kelamaan terasa segar. Ia merasa lebih baik.

Eomma menidurkan posisi Haechan lagi. Ketika hendak memasang masker oksigen, Haechan menolak.

"Dipakai ya?"

Haechan menggeleng pelan.

"Kenapa kok enggak mau dipakai?"

"Se.. sak.." jawab nya pelan. Nyaris berbisik. Eomma mengangguk mengerti.

Mata Haechan mengerjap-kerjap lucu. Setia menatap Eomma. Eomma balik menatap, tersenyum.

"Ada apa, Haechan?" menoel pipinya.

STRONG - NCT 127Where stories live. Discover now