🌑- Sorry

6.1K 528 31
                                    

Abaikan typo, Enjoy!

.

.

.

.

Malam yang sama, 22.00 PM.

"Pasien mengalami panic attack. Kondisi ini dipicu emosinya yang kurang stabil. Sepertinya, penyebab kelumpuhan sebelumnya juga karena emosinya tidak tersalurkan dengan baik."

Dokter yang duduk di hadapan Manager dan Doyoung menjelaskan pelan-pelan.

Tunggu, Doyoung? Ya, sebelumnya manager meminta Taeyong untuk masuk bersamanya karena Taeyong yang lebih tahu mengenai Haechan. Sayangnya ia tidak mau dan menunjuk Doyoung.

"Penderita kanker memang lebih sensitif dari biasanya. Ada sedikit rasa mengganjal saja bisa membuatnya drop. Karena itu sebaiknya pasien dijauhkan dari hal-hal yang membuatnya tidak nyaman."

Doyoung melirik manager. Itu berarti dia tidak boleh menemui Haechan? Tapi manager tidak menatapnya.

"Dokter, tadi pasien sempat merasa pusing dan mual. Apakah itu wajar?" Manager mengingat kalimat Johnny yang berkata Haechan mengeluh.

"Itu wajar kok. Artinya radioterapi nya berjalan dengan baik. Obat itu sudah bekerja." Dokter itu tersenyum. "Apakah ada keluhan lain?"

Manager menggeleng. Doyoung hanya menunduk diam ditempatnya. Ia tidak tahu apa-apa.

"Oh iya," Dokter tampak mencari sesuatu di laci mejanya. Tangannya menarik keluar sebuah map coklat.

"Sesaat sebelum hilang kesadaran, pasien sempat mengalami step. Pihak kami telah mencari tahu dan menemukan ini." Map itu terbuka, menampilkan sebuah foto hitam putih.

Doyoung mengernyit. Ia memicingkan matanya, memperhatikan lebih jelas lembar hitam yang dipegang Dokter.

Foto rontgen yang telah diperbesar itu sedikit aneh. Ada titik-titik kecil sepanjang area pembuluh darah.

Sebelum ia sempat bertanya, dokter lebih dulu membuka mulutnya.

"Kami menemukan sel-sel kanker semakin menyebar. Kami dapat membunuhnya perlahan dengan pengobatan seperti biasa." Dokter menunjuk titik-titik putih itu.

Memang, terlihat sangat banyak, terutama pada bagian lutut kiri. Doyoung menebak itu adalah pusat kankernya.

"Tapi ada hal yang lebih serius." Dokter mengangkat kepalanya, "Sel-sel kanker ini menyebar pada pembuluh darah. Hanya soal waktu mereka akan hanyut dalam aliran darah."

Dokter menjeda kalimatnya, menatap Doyoung dan Manager intens, "Jika itu terjadi, kemungkinan terburuk adalah sel kanker dapat mencapai jantungnya."

---🌻🌻🌻---

Doyoung mendorong pintu ruang dokter. Didepan sana, terlihat Taeyong duduk menunggu. Pelan ia membawa langkahnya untuk berdiri didepan hyungnya.

"Sudah tahu semuanya kan? Mau tahu apalagi?" Taeyong mencibir. Doyoung menggeleng pelan.

Keadaan lenggang. Doyoung masih enggan duduk. Ia masing berdiri tegap dihadapan Taeyong.

Sedangkan manager memandang dari jauh. Ia ingin memberi waktu untuk berbaikan. Walau ia masih mengawasi. Bisa saja mereka bermain fisik kan?

"Em.. hyung," panggil Doyoung pelan. Yang dipanggil tidak menjawab.

Doyoung meremas ujung bajunya, "Maaf.."

STRONG - NCT 127Where stories live. Discover now