𝟟

11.8K 2.1K 330
                                    

"Paaacarku memang de~kat ... lima langkah, daari rummah. Asek asek josss"

[Name] berlari kecil menuju dapur sambil bersenandung. Namun langkahnya terhenti saat mendapati ibunya tengah berdiri tak bergerak menghadap wastafel cuci piring. Tangan nya masih memegang mug dan spons. Bahkan masih ada busa sabun disana.

"Ma-ma-?"

Ia terpaku. Menatap tak percaya. Benar, semua pasti berhenti bergerak. Termasuk ibunya. Mengapa ia tak terpikir tentang ini.

Untuk kedua kalinya hari ini, gadis itu mencubit sebelah lengan nya.

Bukan, ini bukan mimpi. Ini kenyataan. Dan gimana pun caranya gue harus nyelesaiin masalah ini.

Sambil merebus beberapa mie instan, [Name] tak dapat menahan isak. Mungkin air rebusan nya sudah bercampur beberapa tetes air matanya.

Ternyata nyesek banget ya? Liat mama kaya ga berdaya gitu. Mana dosa ku ke mama banyak banget hiksrot (ಥ﹏ಥ)

"[Name] janji. [Name] bakal kembaliin keadaan seperti semula ma."

Gadis itu mengusap matanya, lalu kembali ke kamar dengan 2 mangkuk berisi mie dan sekotak susu ukuran besar. Ia sedikit menahan tangis nya.

"Sorry for make you wait. If you got a big job, you have to eat properly right?"
("Maaf membuat kalian menunggu. Jika kau mendapat pekerjaan besar, kau harus makan dengan benar kan?")

"Oh. Tsukishima-san, could you help me bring the rest in the kitchen? Cause I just have 2 hands."
("Oh. Tsukishima-san, bisa kau bantu aku membawa sisanya yang ada di dapur? Karena aku hanya punya 2 tangan.")

"Why m-" -Tsukishima
("Kenapa a-")

Tsukishima yang jarak nya paling dekat dengan [Name] saat itu, tak jadi melanjutkan perkataan nya. Ia melihat ada bulir air membendung di pelupuk si gadis. Suara nya pun sedikit parau. Entah merasa iba atau bagaimana, Tsukishima menuruti perkataan [Name] dan berjalan di samping nya.

°
°
°

"We can do this. Just calm. You're not alone." -Tsukishima
("Kita bisa melakukan nya. Tetap tenang. Kau tak sendirian.")

"Uhm. Thank you."

Si garem bisa care juga.

"Na-" -Tsukishima

Mereka berdua terdiam di pintu dapur. Mendapati orang yang sama. Seorang wanita paruh baya. Benar-benar terlihat hanya seperti patung lilin yang dibuat persis menyerupai empunya.

"That's my mom by the way."
("Omong-omong itu ibuku.")

Sambil memaksakan senyumnya di samping Tsukishima, gadis itu kembali meneteskan air mata.

"Oh. May I ask you something?"
("Oh. Boleh aku bertanya sesuatu?")

"I'm so sorry for this." -Tsukishima
("Aku turut sedih akan hal ini.")

"What if ... we can't make it? What if ... the time still like this? What if you can't go back? What if my mom-"
("Bagaimana jika ... kita tak berhasil? Bagaimana jika ... waktu tetap seperti ini? Bagaimana jika kau tak bisa kembali? Bagaimana jika ibu ku-")

Bletuk

Tsukishima memukul pelan pucuk kepala gadis mungil di samping nya. Sebenarnya ia memang merasa iba, terlebih melihat seorang gadis menangis tepat di hadapan nya padahal awalnya ia terlihat sok tegar.

Melihat keluarga sendiri tampak tak berdaya dengan mata kepala sendiri memang menyakitkan pikirnya. Bahkan jika ia lihat ibu nya yang seperti itu, ia akan merasakan hal yang sama.

ISEKAI Portal || Haikyuu X ReaderWhere stories live. Discover now