LBS-2

2.5K 475 43
                                    

Setelah perpisahan itu, aku pernah merindu, menggebu. Tapi, urung kuberi tahu, karena yang kuingat kamu tak ingin lagi ada temu.

🔥

Delapan tahun telah berlalu dan dalam kurun waktu itu Irish tak pernah menaruh asa untuk berhubungan kembali dengan Atala. Baginya cukup pertemuan terakhir di awal Januari yang menyakitkan masa itu. Pertemuan terakhir di ruang kelas bertemankan suara hujan deras dari luar.

Saat ini Irish terpaku menatap hujan dari jendela ruangannya. Hujan di awal Januari. Suasananya sama seperti ingatan buruk yang Atala tinggalkan terakhir kali. Dengan suasana yang sama pula, Atala kembali memasuki hidup Irish tanpa sengaja.

Kebetulan Atala dan Irish bermain Madam Rose. Kebetulan Irish menemukan akun Atala dan tidak sengaja menyukai profilnya, lalu Atala menyukai balik. Kebetulan mereka bisa match di aplikasi itu. Kebetulan itulah yang tak habis Irish ratapi. Semesta seperti menemukan cara untuk bermain-main dengannya.

Irish memastikan bahwa hatinya tak lagi terpaut pada Atala. Namun, bagaimanapun juga mereka pernah bersama, kemudian berpisah. Setelah jeda yang panjang dan kembali dipertemukan meski sebatas di sebuah aplikasi, tetap saja Irish merasa dadanya diguncang.

Wajah Atala yang kini lebih tampan dan matang juga mau tak mau mengusik ketenangan Irish. Alis hitam tebal dan terbentuk dengan sempurna berserta rahang yang menampakkan ketegasan, siapa yang tidak tergugah melihatnya? Irish hanya seorang perempuan biasa yang ketika memperhatikan bibir mantan pacarnya jadi kembali mengingat bagaimana sensasi itu. Sensasi dan rasa saat bibir Atala lebih dari sekadar bersentuhan dengan bibirnya.

Hah! Sadar, Rish, sadar!

Kepalanya ditepuk beberapa kali, mengingatkan diri agar tidak memikirkan Atala lebih jauh. Pandangannya kali ini kembali pada ponsel menyala yang memampangkan ruang chat bersama Atala di Madam Rose.

Hai, cewek random. Kenalin, aku cowok random yang nggak niat main-main. Jadi kita match, ya.

Berulang kali Irish membaca sembari menekan-nekan jari. Sekali lagi dia tak habis pikir bagaimana bisa Atala mengirimkan pesan seperti itu. Sejenak Irish jadi menyesali tentang bio yang dia pajang.

Ya aku cuma cewek random. Nggak usah mendekat kalau cuma mau main-main. Nggak usah nyari aku lagi kalau cuma buat nyakitin.

Kalimat itu dia suarakan pada Atala bertahun-tahun lalu di hari perpisahan mereka. Apakah Atala mengingatnya?

Nggak mungkin dia tahu kalau ini aku. Foto asli nggak ada, cuma avatar. Nama juga samaran, sih.

Pemikiran-pemikiran positif Irish coba tanamkan di kepalanya. Dia hanya tak ingin Atala tahu sedang berkomunikasi dengan siapa. Irish bahkan tidak mau membayangkan bagaimana reaksi laki-laki itu jika sadar siapa yang sudah dia kirimkan pesan.

Atala Elard:
Aku udah nunggu selama dua jam, tapi nggak ada balasan dari cewek random yang lagi kuajak kenalan.

Lagi, pesan Atala datang. Irish sejak tadi kebingungan harus membalas apa. Dua jam dia hanya memandangi ponselnya. Teh chamomile yang Danu hidangkan juga sudah dingin tanpa sempat terminum.

Dingin, sama seperti tatapan Atala yang terakhir kali Irish lihat. Tatapan dingin tanpa perasaan yang sejenak membuat Irish beku dan mati rasa. Tatapan dingin yang seolah-olah menelanjangi Irish, sebelum dipermalukan tanpa daya.
Irish ingin mengabaikan pesan itu lagi, tapi naluri malah menggerakkan jemarinya di layar.

Hai, Atala. Nice to meet u.

Perempuan itu menghela napas panjang, lalu menyugar secara pelan. Awalnya dia ingin kabur, tapi ada sesuatu yang mencegah niatnya. Tak ada yang bisa Irish jadikan alasan untuk melarikan diri dari Atala.

Love Blooms Slowly(Sudah Terbit)Where stories live. Discover now