LBS-4

2.1K 462 56
                                    

Aku tidak yakin kamu akan kembali. Meskipun begitu, kakiku siap berlari jika benar kamu kemari. Anggap saja ini ketakutan tak berarti. Tapi apa aku salah jika mewaspadai takdir menyakitkan yang kamu buat untuk kedua kali?

🔥

Congratulation, Bel!
Don't let anyone take your match first.
Say hello to him, now!

Irish kesal saat teringat pada notifikasi dari Madam Rose yang disusul datangnya chat dari Atala. Perempuan itu bahkan belum melenyapkan keterkejutan karena jari lentiknya melakukan kesalahan dengan menyukai profil Atala.

Tadinya Irish ingin buru-buru membatalkan like, tapi Atala yang fast response malah menambah kekacauan. Lalu dengan konyolnya Irish meladeni Atala, hingga berujung dirinya menangis di bawah hujan sebab kenangan lama yang datang menyerbu.

Ponselnya sejak tadi berdenting. Irish yakin itu adalah Atala, karena denting notifikasi dari Madam Rose berbeda dengan notifikasi aplikasi Irish lainnya. Meski sudah tahu harus melakukan apa, Irish tidak langsung melaksanakannya. Dia butuh waktu sebentar untuk meredakan gejolak di dada. Ya, sebentar saja dia membiarkan Atala mengirimkan pesan sebanyak mungkin. Setelah itu, putuslah komunikasi keduanya.

Seseorang berdiri di ambang pintu, mengamati Irish lekat. Ponsel Irish yang terus bersuara juga jadi perhatian Dara. Dia ingin menenangkan, tapi kata-kata bijaknya harus disimpan. Dara mengenal Irish sangat baik, sahabatnya hanya butuh pelukan dan kehadiran, bukan nasihat panjang lebar.

“Rish, Keenan nelpon barusan, nanyain kamu di mana. Dia cari ke Jedaa kamu nggak ada. Ditelpon nggak diangkat katanya.”

Kabar dari Dara tidak memperbaiki keadaan Irish sama sekali. Yang ada, dia malah bersalah karena tak pernah mengabaikan Keenan seperti ini sebelumnya.

“Terus kamu jawab apa?”

“Aku bilang kamu di sini.”

Memutuskan untuk masuk, Dara ikut duduk di karpet bulu kamarnya bersama Irish. Diletakkannya secangkir teh, menyuruh Irish meminumnya agar merasa lebih baik.

“Terus dia mau ke sini?”

“Iya. Khawatir katanya kamu tumben nggak angkat telpon.”

Menjawab telepon Keenan adalah prioritas Irish setelah orang tuanya dan Dara. Tadi hatinya terlalu kacau saat mengemudikan mobil menuju rumah sahabatnya, jadi Irish memilih membiarkan Keenan menunggu. Suaranya yang bergetar pasti menimbulkan tanya. Irish sedang tidak ingin memberi penjelasan dan tidak ingin Keenan mengetahui keresahan hatinya.

“Mau cerita, nggak?” tawar Dara.

“Aku main Madam Rose.”

Jawaban polos Irish mengundang decak Dara. Siapa, sih, yang tidak tahu Madam Rose? Dan yang membuat Dara sampai menghela napas panjang karena menahan agar tidak mencecar Irish adalah tentang alasan sahabatnya sampai bermain aplikasi itu.

“Keenan main itu. Aku penasaran, pengen tahu dia ngapain aja di sana,” lanjut Irish tanpa diminta.

Keheranan Dara pada Irish menguap, berganti akan ketidakpercayaan kekasih sahabatnya menggunakan aplikasi pencarian jodoh. Mulut Dara sebenarnya ingin menyuarakan beberapa kemungkinan yang melintas. Namun, melihat Irish melepas kacamata, lalu menekan pangkal hidung, Dara memilih diam.

Love Blooms Slowly(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang