LBS-5

2.2K 457 69
                                    

Taburan bintang dan komennya jangan lupa, Kakak.

🖤
🖤
🖤

Seharusnya aku tidak kembali, cukup berhenti di masa ketika aku melihatmu terakhir kali.
Tapi entah bagaimana, nurani menyuruhku menemukanmu. Sekadar memastikan bahwa perpisahan itu tak menyakitimu seperti terjerat kuat oleh tali.
🔥

Ada banyak orang yang bisa mengucapkan kalimat sama. Namun, ada berapa banyak orang yang mampu mengingatkan hati berkali-kali tentang seseorang dari masa lalu? Mungkin ada beberapa, tapi Atala yakin bahwa kebetulan yang terjadi padanya hari ini bukanlah suatu hal biasa.

Pertama, bio pada akun bernama Bel. Meski sudah berlalu sangat lama, Atala masih mengingat jelas percakapan dengan Irish saat itu. Kedua, nama Bel mengingatkan Atala pada Irish Belen. Awalnya dua hal itu masih menyisakan sedikit keraguan pada Atala. Untuk memastikannya, dia sengaja menyinggung perihal kenangan mereka dulu. Sesuai dugaan, Irish tak memberi respons. Hal ketiga itulah yang meyakinkan Atala bahwa sejak tadi dia sedang chatting dengan mantan pacarnya saat SMA.

Atala tahu, seharusnya dia tak mengutarakan tebakannya pada Irish, juga tidak perlu mengatakan kalau dia ingin bertemu. Entah apa yang terjadi, tapi Atala sungguh-sungguh penasaran bagaimana kabar Irish. Laki-laki itu juga ingin memastikan setelah hari berhujan delapan tahun lalu, Irish baik-baik saja.

Katakanlah Atala terlambat dan apa yang akan dia lakukan tidak berguna. Seharusnya dia memang tidak perlu mengusik Irish. Namun, dia telanjur ingin tahu bagaimana kehidupan gadis yang pertama kali dia tiduri. Apakah Irish menjalani hari-hari normal atau pernah merasa hancur dalam delapan tahun terakhir? Hancur, sama seperti Atala yang kini sedang berusaha mengumpulkan puing-puing dirinya.

"Oi! Mikirin apa dari tadi?"

Tepukan cukup keras mendarat pada bahu Atala. Laki-laki itu tersentak, lepas dari lamunan tentang percakapannya dengan Irish di Madam Rose.

"Mikirin perempuan."

Tanpa minat, Atala mengaduk-aduk jus jeruknya dengan pipet. Musik berdentum keras di belakangnya, dilatari beberapa orang yang menari-nari. Ingar-bingar itu nyatanya tidak berpengaruh, pikiran laki-laki itu malah berkelana jauh.

"Ayra?" tebak Rama.

Sudah tiga tahun berlalu, tapi efek dari mendengar nama itu masih saja luar biasa untuk Atala. Jantungnya akan berdetak lebih cepat, disertai berbagai perasaan yang mengaduk-aduk dadanya. Ayra, Ayra, dan Ayra. Nama itu selalu berputar-putar di kepala Atala. Tak sehari pun Atala berhenti memikirkannya. Bedanya kali ini, yang sedang Atala lamunkan adalah Irish.

"Nggak usah tanya, kalau dia selalu ada di kepalaku. Tapi saat ini aku lagi mikirin yang lain."

"Terima kasih, Tuhan! Akhirnya Atala beneran move on!"

Teriakan Rama masih kalah oleh keriuhan di belakangnya, tapi Atala bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Sahabatnya itu menengadahkan kedua tangan, mengungkapkan syukur secara refleks. Tak bisa ditahan, senyum Atala mengembang lebar disusul tawa kecil.

"Ngaco!" seru Atala.

Seketika Rama menurunkan tangan. Wajahnya memelas, tak percaya baru saja mimpi indahnya dihancurkan.

"Serius, At, kirain kamu mulai cari pengganti Ayra. Tumben kamu bilang mikirin perempuan lain."

Semua orang di sekitar Atala menyuruhnya untuk mencari pengganti Ayra. Rama bahkan salah satunya yang tidak pernah absen menawarkan Atala untuk bertemu dengan gadis-gadis yang dianggap cocok untuk dijadikan pendamping. Relasi dan teman-teman perempuan Rama memang masuk kualifikasi kategori pasangan idaman. Sayangnya, Atala tidak berminat.

Love Blooms Slowly(Sudah Terbit)Where stories live. Discover now