LBS-23

2K 427 120
                                    

Berkali-kali hatimu kugores.

Berulang-ulang air matamu kubuat menetes.

Bisakah aku mencairkan tatapmu yang bagaikan es?

🔥

Dalam kondisi panik, sering kali seseorang lepas kendali. Yang ada di kepalanya hanyalah hal-hal buruk tanpa sempat difilter. Karena itu pula, masalah lain bisa timbul.

Atala mengepalkan kedua tangannya. Bayangan Irish yang menangis menusuk-nusuk dada. Laki-laki itu mengakui bahwa dia sangat bodoh. Bisa-bisanya dia menuduh Irish sengaja mencelakai Keisha. Parahnya, Atala tak mempertimbangkan sedikit pun sebelum menyerang Irish dengan kalimat. Irish adalah seorang ibu yang kehilangan bayinya. Mana tega perempuan itu melukai anak orang lain?

Kepala Atala berdenyut keras. Dipijat-pijatnya pangkal hidung seraya menatap Keisha yang tertidur setelah efek obat mulai terasa. Sekali lagi Atala menyalahkan kebodohannya. Keisha alergi kacang dan tentu saja Irish tidak tahu. Kepercayaan Irish pasti telah runtuh. Hatinya lagi-lagi terluka.

Apa yang telah Atala lakukan? Menghancurkan sesuatu yang bahkan belum terselesaikan? Apa itu artinya Atala harus mengulang segalanya lagi dari awal? Bagaimana dia akan menghadapi perempuan itu nanti?

“At.”

Desi memasuki ruang rawat Keisha dan memanggil sang putra. Atala menoleh, menatap lelah pada ibunya. Desi mengusap kepala Atala, mengatakan bahwa segalanya masih dalam kendali. Wanita itu menghela napas lega melihat sang cucu bisa tertidur. Merah-merah pada kulitnya juga mulai mereda.

“Ma, Atala terlalu panik lihat Keisha gatal-gatal. Atala ingat waktu Keisha umur setahun dia sampai muntah-muntah parah. Atala bodoh banget, Ma.”

“Wajar kamu panik, At.”

“Tapi karena itu Atala punya masalah besar, Ma.”

Desi berhenti mengusap kepala Atala. Kedua alisnya nyaris bersatu, berusaha mencerna ucapan tadi. Keisha sudah dalam kondisi aman, lalu kenapa Atala mengatakan ada masalah besar?

“Mantan Atala, perempuan yang pernah mengandung anak Atala, Atala nuduh dia, Ma.”

Tersentak, Desi mundur secara refleks. Wajahnya diliputi kebingungan.

“Gimana bisa? Ada apa sebenarnya ini, At?”

Laki-laki yang duduk di kursi itu menjambak rambutnya. Dia mendesis sebagai ungkapan kecemasan.

“Atala bodoh banget, Ma. Tadi Atala ada urusan sama David, jadi Keisha Atala tinggalin di Rumah Hangat. Pas Atala balik, Keisha ada di pangkuan mantan Atala. Paniklah, Ma, lihat Keisha gatal-gatal. Terus Atala nuduh dia sengaja ngasih Keisha kue kacang karena dendam sama Atala.”

“Ya ampun! Mama punya anak kok bodohnya kayak gini, sih?!”

Tas tangan Desi menyapa lengan Atala. Laki-laki itu mengaduh, sungguh merasa sakit. Desi berdecak kesal, lalu duduk di sofa seraya memandang sang putra yang terlihat linglung.

“Intinya, kamu nuduh tanpa bukti, ‘kan? Kamu nggak mikir dulu kalau mantan kamu pernah kehilangan bayi?”

“Panik, Ma. Atala panik.”

Love Blooms Slowly(Sudah Terbit)Where stories live. Discover now