LBS-22

1.9K 452 96
                                    

Ketidakpercayaanmu menghakimiku.

Seolah-olah kamu lupa aku adalah definisi patah yang terbuai semu.

Dan kamu, sebab aku nyaris menjadi debu.

🔥

Kalau Dara tidak menahan lengan Valentino, sudah dipastikan satu atau dua bogem melayang ke wajah Atala. Terlalu ramai, Dara membujuk Valentino agar meredam kekesalannya. Valentino tahu tidak punya hak untuk marah atau cemburu atas ketidaksopanan Atala. Sialnya, dia tetap terbakar ketika mengulang adegan itu di kepalanya.

Urung membuat wajah Atala lebam, Valentino melewati Irish, lalu menarik kerah kemeja Atala. Di balik kacamata hitam Atala, Valentino tahu ada binar senang karena telah berhasil memancing kemarahannya. Bibir yang tadi tertarik walau sebentar, Valentino yakinkan itu adalah sebuah ejekan.

“Lain kali kamu perlu belajar etika. Mencium mantan di depan pacarnya sendiri bahkan tanpa ijin itu sangat memalukan,  Dude.”

Irish menegang melihat Atala mencengkeram tangan Valentino. Sebelum terjadi keributan lebih besar, Irish menengahi keduanya. Ditariknya Valentino untuk menjauh dari Atala. Laki-laki itu hendak menyusul Irish dan Valentino yang menuju kolam renang, tapi dicegah oleh Dara.

“Duduk sini. Kita ngobrol,” ajak Dara sungguh-sungguh.

Tidak punya pilihan lain karena sadar telah berbuat salah barusan, Atala menyanggupi ajakan Dara. Mereka berdua duduk di bed dengan pandangan terarah pada Irish dan Valentino yang mengobrol di dalam kolam. Sial, Atala mengumpat dalam hati. Dadanya kian panas entah sebab apa. Matanya enggan berpaling dari wajah ceria Irish. Belum lagi bayangan tubuh indah gadis itu dalam balutan bikini yang terus-menerus mengacaukan ketenangan hati Atala.

“Kalau mau mukul, pukul aja.”

Dara meninju lengan Atala dua kali.

“DP. Sisanya aku kasih nanti.”

Atala tersenyum.

“Irish pasti udah cerita semuanya.”

“Ya. Itu yang bikin aku pengen nonjok kamu berkali-kali. Kamu waras atau nggak, sih?”

“Maaf. Aku dulu bodoh banget.”

“Maafmu nggak bisa memperbaiki masa lalu Irish. Kalau kali ini kamu datang untuk jadi pengacau lagi, tolong pergi. Tolong ... jangan bikin Irish nangis lagi.”

M

engalihkan pandangannya dari Irish, Atala memperhatikan mata Dara yang basah. Laki-laki itu menarik napas panjang. Seorang gadis barbar seperti Dara mampu mengeluarkan air mata karena takut sahabatnya tersakiti lagi. Atala bisa merasakan bagaimana tulusnya gadis itu.

“Aku masih nggak tahu banyak tentang Irish saat itu. Tapi aku yakin, kamu berperan sangat baik buat dia. Thanks, kamu menggantikan peranku, Dara.”
Dara mengusap matanya, lalu melayangkan satu pukulan lagi di lengan Atala.

“Jujur, kamu belum pantas untuk bersanding sama Irish. Kalau kamu serius, tunjukkan.”

“Apa ini artinya kamu ngasih lampu hijau meski Irish udah punya calon suami?”

Dara mengulum bibirnya, lupa pada sandiwara yang telah Irish mainkan selama ini. Untung saja dia tak keceplosan lebih banyak. Jadi Dara masih bisa mengelak dan mengalihkan pembicaraan kali ini. Dia hanya memberi tatapan malas, lalu membiarkan pertanyaan Atala tak pernah mendapat jawaban pasti.

Love Blooms Slowly(Sudah Terbit)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن