LBS-24

1.8K 419 80
                                    

Kebetulan adalah kesengajaan semesta.

Kamu pun sosok yang tak pernah kupinta.

Lucunya, takdir kini mengaitkan kita di waktu yang tidak terduga.

🔥

Waktu berlalu tanpa arti. Bisu masih mengerubungi keduanya. Entah karena malu atau terlalu bingung harus bersikap apa, tidak ada yang memulai percakapan. Desah napas panjang Dara dan Valentino saling bersahutan. Masih sama-sama tidak percaya bahwa takdir sekonyol itu mempertemukan mereka di Madam Rose.
Dua cangkir kopi yang mereka pesan di kafe seberang rumah sakit telah dingin. Belum tersentuh sedikit pun, sejak tadi hanya ditatap sampai uapnya menghilang sempurna. Kebisingan kafe tidak mempengaruhi mereka, seolah-olah pertemuan itu memang tidak sepatutnya terjadi.

“Ini mengejutkan.”

Sekali lagi Dara mengembuskan napas panjang. Dengan mantap hati kali ini dia menatap Valentino. Laki-laki itu bersandar pada kursi dengan kedua tangan terlipat di dada. Dari ekspresi wajahnya sangat jelas yang dia butuhkan adalah penyelesaian dari hal tidak terduga itu.

“Kamu kira aku nggak kaget, Val? Shit-lah! Kalau tahu kamu orangnya, nggak perlu aku susah-susah dandan gini.”

“Mode macannya keluar.”

Dara melotot, lalu segera mengubah ekspresi.

“Hah! Nggak nyangka, Val. Kamu ngapain sih main Madam Rose? Ngapain nggak pakai nama dan foto asli?”

“Sendirinya juga sama.”

Jleb!

Seperti ada yang menusuk dada Dara. Di Madam Rose dirinya memang tidak menggunakan nama dan foto asli, sama seperti Valentino. Yang mengherankan, bagaimana dua orang itu bisa dipertemukan secara tidak sengaja? Jika terus dipikirkan, Dara malah ingin teriak karena tidak memahami permainan takdir.

“Aku kira kamu nggak bisa lihat perempuan selain Irish.”

Seharusnya Dara tidak merasakan apa-apa ketika mengatakan itu. Namun, sialnya dia merasa ada yang menggores hati. Apa sebabnya pun Dara tidak mengerti. Selama ini dia tahu Valentino menyukai Irish, tapi kali ini ada yang berbeda saat Dara memikirkannya.

“Kelihatan banget, ya?”

“Cuma Irish dan orang buta yang nggak tahu kalau kamu suka Irish.”

Semringah wajah Valentino. Pembicaraan itu tampak tidak mengganggunya sama sekali.

“Tapi kamu salah, Dara. Aku berusaha menemukan yang lain, berusaha hanya punya perasaan sebagai teman ke Irish. Aku beberapa kali pacaran, aku enjoy, tapi ada kalanya aku membandingkan pacar-pacarku dulu sama Irish kalau sikap atau sifat mereka bikin aku nggak nyaman. Yah, aku nggak seberengsek itu juga. Ujung-ujungnya putus juga bukan disengaja. Emang kami yang nggak bisa lagi bareng.”

Hati Dara menghangat oleh jawaban Valentino. Di dalam hati dia bertanya-tanya, apa yang terjadi pada caranya memandang laki-laki itu kini. Sampai beberapa menit lalu Dara masih ingin mengelak bahwa sosok Fire adalah Valentino. Mereka teman sejak kuliah, tapi tidak terlalu dekat, bahkan tidak memiliki nomor ponsel masing-masing. Lalu entah mulai dari mana tepatnya, Dara yakin bahwa takdir telah menggariskan ini untuknya.

Love Blooms Slowly(Sudah Terbit)Where stories live. Discover now