LBS-17

1.7K 492 39
                                    

Kutanya pada rasa yang tak bernama,
Apa maknanya, mengapa menyesakkan ketika kudengar sebuah fakta tentang dia?

Ke dalam sana kulempar kebingungan, kenapa membayangkan perpisahan kian membuatku tak rela?

🔥

Lagu I Will Be sengaja Atala putar, mengalun di telinganya berkali-kali. Setiap liriknya dia resapi hingga ke relung hati. Tak ada yang dia lakukan selain duduk di dalam mobil yang terparkir di seberang rumah Irish. Dari sana Atala dapat melihat rumah gadis itu.

Tadi, ketika dia memutar mobil untuk meninggalkan rumah Irish, Atala berubah pikiran. Sekali lagi dia memutar arah untuk kembali ke tempat sebelumnya. Mobil dan laki-laki yang tadi terlihat akrab dengan Irish sudah tidak ada. Gadis itu pun sepertinya sudah masuk ke dalam rumah.

Tiga puluh menit berlalu, Atala masih setia memandang ke rumah Irish. Sempat dia menghubungi gadis itu, tapi ponselnya masih tidak aktif. Atala menahan diri walau dia sangat ingin menemui Irish secara langsung.

Pukul 10 malam, Atala yang sejak tadi meredam semua kegilaan yang ada di kepalanya, tidak tahan lagi. Berjam-jam dia hanya diam seperti orang kehilangan arah. Ponsel yang berulang kali berdering dia abaikan. Puluhan pemberitahuan di ponselnya tak dia hiraukan. Minatnya hanya menatap ke rumah itu, berharap sang empunya menampakkan diri walau sebentar.

Tanpa mengucapkan permisi, dia melewati gerbang Irish yang tidak terkunci. Barulah ketika berada di teras laki-laki itu memanggil. Tiga ketukan berlalu tanpa ada jawaban. Tak ingin cepat menyerah, Atala memanggil lagi sembari mengetuk. Hampir lima belas menit kemudian, pintu itu terbuka perlahan.

Atala bersiap memberi Irish senyum ramah, tapi dia lebih dulu dikagetkan dengan keadaan Irish yang lemah dan wajah pucat. Laki-laki itu bergerak cepat ketika Irish limbung dan nyaris terjatuh. Apa yang terjadi? Atala sangat ingat empat jam lalu Irish terlihat ceria.

“Rish, kenapa?! Kamu sakit?!”

Atala menyelipkan tangan di bawah kedua lutut Irish, satu tangan lainnya menjaga di punggung gadis itu. Tubuh Irish dalam kendalinya kini.

“Atala? Perutku sakit. Aku mau rebahan.”

Irish nyaris berbisik, untungnya Atala masih bisa mendengar dengan baik. Bermodalkan insting, Atala masuk, meneliti bagian dalam rumah itu. Lalu dia memutuskan memasuki sebuah kamar yang menurut Atala memang itulah kamar Irish. Nuansa lilac dan putih menyambut Atala. Sepertinya dia memang tak salah. Itu adalah dua warna kesukaan Irish sewaktu SMA, ternyata sekarang pun masih sama.

Hati-hati Atala merebahkan Irish yang sejak tadi memegangi perutnya. Sejenak Atala memejamkan Atala. Bukan hanya kecantikan Irish, tapi kali ini pakaian gadis itu sangat menggoda. Irish hanya memakai hot pants dan tanktop. Belahan dada gadis itu dan pahanya yang mulus menimbulkan gemuruh di hati Atala.

Kulit Irish lembab. Rambut gadis itu basah. Tampaknya Irish baru saja selesai mandi. Tidak tahu harus bersyukur atau merasa datang di waktu yang salah. Baru selesai mandi, tubuh yang wangi, dan pakaian seksi. Katakan, bagaimana jantung Atala tetap baik-baik saja?

“Kamu sakit apa? Maag? Kita ke dokter?” tanya Atala beruntun setelah menenangkan hati.

“Tamu bulanan.” Atala urung bertanya lagi. “Kamu, kok, bisa tahu rumah aku, sih? Stalker.”

“Berysukur aku jadi stalker kamu, Rish. Kalau tadi kamu pingsan dan aku nggak ada, siapa yang bantuin ke kasur?”

Gadis itu berdecak. Lalu memiringkan tubuh serta meringkuk. Satu tangannya masih setia memegangi perut. Atala yang terduduk di sisi ranjang Irish memandang iba. Sejak pertama kali dia mengenal Irish, gadis itu selalu punya masalah setiap kali tamu bulanannya datang. Karena terlalu sakit, dulu Irish akan absen sekolah sama satu hari.

Love Blooms Slowly(Sudah Terbit)Where stories live. Discover now