MARK: 13

13.8K 1.7K 24
                                    

"Dimana lukanya?"

Ratu satu ini benar-benar luar biasa. Ia sudah memerintahkan agar kejadian penyerangan kepadanya tidak sampai terdengar ke istana.

Dan Haechan bahkan mengetahui kalau ia mendapat luka.

Seingatnya, saat tiba di istana ini sikapnya sudah seperti biasa. Lagipula, lukanya sudah tidak terasa sakit. Hanya saja memang belum benar-benar kering.

Ia membiarkan tangan ratu itu dengan terampil mengganti kain kasa yang melilit perutnya. Ia bisa lihat ratu Haechan meringis melihat luka itu.

Mark menikmati ini. Ia menikmati wajah serius ratu Haechan. Terlihat sangat menggairahkan.

"Bagaimana kau bisa menyadarinya?"

"Entah kau sadar atau tidak, tapi gerakan tubuhmu terlalu kaku, tidak seperti biasanya. Kau terlalu berhati-hati."

"Kupikir aku sudah melakukan seperti yang biasa aku lakukan. Kau jeli juga ratu Haechan."

"Tentu saja. Lagipula kau pulang lebih dari jadwal yang sudah ditentukan dan tanpa pemberitahuan apa-apa. Itu terlalu mencurigakan, raja."

"Kau perduli kepadaku?"

"Tidak. Aku hanya tidak ingin saja kau mati sekarang dan kerajaan ini nantinya akan dipimpin oleh orang yang tidak benar."

"Jadi aku orang benar, ratu Haechan?"

"Kau bukan orang benar. Tapi, kau raja yang cukup baik."

Bibir yang bergerak-gerak itu benar-benar mengganggunya.

Ia ingin mencicipinya lagi. Merasakan bagaimana lembut dan manisnya bibir itu.

Tubuhnya tertarik mendekat kearah raja Mark. Matanya terus menatap mata sang raja yang kini melumat bibirnya.

Ia tidak bisa berbohong. Ia menikmati ini.

Bahkan kini tangannya terkalung dileher jenjang raja Mark. Tapi segera ia lepaskan.

"Sepertinya kau merindukanku raja."

"Bukankah kau juga merindukanku, ratu Haechan?"

"Sayangnya tidak."

"Terserah apa katamu. Tapi ya, aku merindukanmu."

"Kau kalah taruhannya raja."

Senyum miring tercipta melihat tubuh mungil ratu itu menjauh darinya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sepertinya perdebatan antara kedua ratu akan menjadi sebuah rutinitas. Mereka semua harus mulai terbiasa dengan hal ini.

Kini bahkan kedua nya berdebat hanya karena pot bunga yang bergeser.

Ratu Lisa geram melihat sebuah pot bunga yang tidak berada pada tempatnya.

"Sudah aku katakan ratu Lisa, bunga itu bisa layu jika kau taruh disana."

"Tidak pernah ada bunga yang layu disana, ratu Haechan."

MARK✓Where stories live. Discover now