MARK: 3

19K 1.9K 388
                                    

Permaisuri murka. Tergesa-gesa ia menghampiri suaminya setelah mendengar berita dari salah satu pelayan istana.

Bagaimana bisa hal seperti ini lebih dulu menyebar lewat mulut para pelayan, sedangkan ia sendiri saja belum mengetahui apa-apa.

Hal sepenting ini. Tidak habis pikir dimana pikiran suaminya itu berada.

"Maaf permaisuri, sedang ada tamu dari kerajaan Aludra. Tidak ada yang diizinin masuk."

Kedua penjaga mencegah langkahnya yang hampir saja mendobrak pintu menerobos masuk.

Tapi ia tetap diam. Menunggu sampai mereka yang berada didalam selesai.

Perdana menteri kerajaan Aludra keluar dari sana bersama dengan perdana menteri Jaehyun yang sepertinya berniat mengantar. Wajahnya datar namun terkesan meremehkan.

Taeyong bisa saja berlari dan memberikan sebuah pukulan. Atau mungkin sebuah tusukan diwajahnya itu.

Tentu ia tidak melakukannya. Ia langsung masuk kedalam mengabaikan peringatan para pelayan.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Tenanglah permaisuri."

"Bagaimana bisa aku tenang? Hal sepenting ini kau bahkan tidak memberitahukan. Dia anakku asal kau tau!"

"Aku tau. Tapi tidak ada jalan lagi selain ini."

"Apa maksudmu?! Putra kita sudah bertunangan, kerajaan merekapun sudah bersedia membantu. Apa maksudmu tidak ada jalan lain?!"

"Kau tidak tau! Kau tidak tau berapa banyak yang harus berkorban nyawa jika peperangan ini terjadi! Bahkan jika kerajaan Mizar dan Altair atau kerajaan lain bergabung tetap tidak bisa menghindari pertumpahan darah. Hanya ini yang bisa dilakukan untuk menghindarinya..."

Suara raja Johnny melemah diakhir kalimatnya. Wajahnya tertunduk. Tidak tega melihat wajah istrinya yang pasti berlinang air mata saat ini.

"Tapi kenapa harus putraku? Kenapa harus putraku yang mulia? Kenapa harus dia?"

Dan benar saja. Permaisuri terisak seiring dengan tubuhnya yang terduduk dilantai istana. Rengkuhan hangat dari Johnny mencoba untuk menenangkannya.

"Dia akan baik-baik saja. Semuanya akan baik-baik saja. Aku berjanji padamu."

"Kenapa harus dia..."

Kalimat lirih itu benar-benar menyakitinya. Johnny ingin membunuh dirinya sendiri saat melihat tangisan istrinya ini.

"Semua akan baik-baik saja."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kau yakin akan melakukan ini, yang mulia?"

"Ya. Tidak perlu khawatir, ia tidak akan bisa mengambil posisimu permaisuri."

"Aku tau itu. Hanya akulah yang pantas berada disisimu, diposisi pertama."

MARK✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum