MARK: 20

15.8K 1.6K 116
                                    

"Kau sudah mengerti?"

"Ya."

"Ingat, kita sedang bekerjasama, dan kau tau apa akibatnya jika kau mencoba menipuku. Dan satu lagi, jangan pernah sebut namaku jika sampai rencana ini gagal!"

"Kau mengancamku? Tapi tenang saja, ini akan berhasil."

"Ya, kau memang harus berhasil."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Dimana Ratu Haechan?"

"Ratu Haechan sedang berada diruang membaca, Yang Mulia."

Kaki Raja Mark segera melangkah ketika sudah mendapat jawaban yang ia inginkan. Tentu saja tujuannya adalah ruang baca, ia ingin menemui Haechan.

Saat ia terbangun pagi tadi matanya tidak bisa melihat keberadaan Ratunya itu. Ia menebak bahwa Haechan memang sudah pergi pagi-pagi sekali bahkan sebelum ia terbangun. Dan memang benar. Itu jugalah yang menyebabkan kepala Haechan pening sepanjang hari, ia sengaja pergi sebelum Raja Mark terbangun.

"Ratu Haechan."

Haechan yang sedang terfokus pada bacaannya terpaksa mendongkak menatap Raja Mark yang tadi memanggil namanya. Ia sedikit mendengus saat melihat wajah Raja Mark yang terlihat menyebalkan dimatanya.

"Ada apa?"

"Kenapa langsung pergi tanpa memberitahukan kepadaku terlebih dahulu?"

"Kenapa harus? Waktu itu saja kau pergi meninggalkanku begitu saja tanpa memberitahu."

Tanpa sadar Haechan mengatakan itu sambil memajukan bibirnya. Melihat itu, Raja Mark tidak bisa untuk tidak mengembangkan senyumnya.

"Apa kau sedang membalasku?"

"Tidak, untuk apa aku melakukan itu? Tidak ada gunanya juga."

Meski menyangkal tapi Raja Mark tau sekali bahwa Ratunya itu memang ingin membalasnya. Salahnya memang, namun saat itu memang mendesak dan harus ia kerjakan secepat mungkin.

Raja Mark berjalan menghampiri Haechan dan menarik tangan itu untuk membantunya bangkit. Ia bahkan tidak perduli buku yang tadi dibaca Haechan kini sudah tergeletak begitu saja dilantai. Tangan Raja Mark merengkuh pinggang Ratunya dengan lembut, tidak lupa juga tatapannya yang tajam namun tampak lembut secara bersamaan. Haechan tidak bisa untuk tidak terpesona.

"Mengakulah, apa kau marah karena kejadian itu?"

"Aku tidak!"

"Kau iya, Ratu Haechan. Kau iya."

Perlahan bibir Raja Mark menghampiri bibir Haechan. Kedua benda lunak itu saling menyapa dan melumat. Tangan Haechan secara perlahan juga mulai terkalung indah di leher Raja Mark.

Brak!
"Haechan ak-"

Ciuman keduanya terhenti karena seseorang yang baru saja masuk. Mereka semua mematung karena terkejut, apalagi orang yang baru masuk tadi, ia tidak menyangka akan melihat adegan yang seperti ini.

MARK✓Where stories live. Discover now