Bonus Chapter 2

11.8K 1.1K 37
                                    

"Tubuhmu di posisi yang salah."

Pedang yang sedang dipegang oleh pangeran Chenle hampir saja menebas leher seseorang yang dengan beraninya menyentuh pinggangnya itu. Untung saja ia mempunyai refleks yang cukup baik. Jika tidak, perang yang dulu sempat direncanakan akan benar-benar terjadi setelahnya.

"Mengejutkan seseorang seperti itu bukanlah hal yang baik pangeran mahkota Mizar."

"Salahku. Kalau begitu kau mau memaafkanku kan?"

Tangan kokoh dengan jari-jari besar milik sang pangeran mahkota Mizar terulur di hadapan pangeran Chenle, anak itu tentu saja menyambutnya dengan senang hati. Ibunya mengajarkan untuk tidak menjadi seorang yang pendendam. Mendendam membuat larimu menjadi lamban.

"Dengan senang hati. Ngomong-ngomong kenapa kau masih ada disini? Bukankah seharusnya sudah kembali ke istanamu?"

"Ibuku meminta untuk tinggal disini beberapa waktu."

"Kenapa? Apakah istanamu itu runtuh?"

Benar-benar seperti ibunya. Pemberani dan pintar berbicara.

Seperti pesona Haechan yang dapan menjebak Raja Mark dikala pertama ia melihat Haechan, pangeran Chenle juga sepertinya telah menarik perhatian sang singa muda dari Mizar.

"Sayang sekali itu tidak benar, pangeran. Ibuku merindukan Ratu Haechan, mereka berencana menghabiskan waktu sebelum kami kembali."

"Ah aku lupa, ibu Jaemin kan ibumu ya. Kalian terlalu berbeda."

Hanya senyum yang menjadi respon pangeran mahkota Jisung. Ia tidak merasa tersinggung dengan hal itu. Bukan sekali dua kali ia mendengarnya, orang-orang juga berkata hal yang mirip.

Sebenarnya ia bingung, apanya yang terlalu berbeda? Ibunya orang yang tenang dan ia pun sama, mungkin hanya di sisi ceria. Ibunya beraura ceria sedangkan ia lebih mendung mungkin.

"Jadi aku mirip dengan ayahku, begitu?"

"Aku tidak begitu mengenal Raja Mizar, tapi sepertinya iya."

Percakapan keduanya mengalir begitu saja, masih dengan posisi berdekatan. Hanya saja tangan pangeran mahkota Jisung tidak lagi berada di pinggang pangeran Chenle.

Namun sayang sekali percakapan keduanya terpaksa berhenti saat seseorang menghampiri mereka dengan aura yang tidak baik.

"Little prince, kenapa tidak memanggilku untuk berlatih?"

"Aku pikir kakak akan sibuk berduaan dengan kak Jungwon."

"Aku sudah mempunyai waktu untuk berduaan dengannya dan aku pun sudah menyiapkan waktu untukmu. Jangan berpikir macam-macam, oke? Ibu sudah bercerita kepadaku."

Pangeran Chenle menundukkan kepalanya merasa bersalah. Ia harusnya berhenti berpikiran yang tidak-tidak, namun ia tidak bisa. Sekarang ia pasti sudah menyinggung kakaknya itu.

"Maaf kakak..."

"Tidak masalah little prince. Oh, pangeran mahkota Jisung, sedang apa disini?"

Pangeran mahkota Jisung mendengus mendengarnya. Ia tau bahwa pangeran mahkota Sungchan itu sedang berpura-pura mengabaikannya. Tapi biarkan saja, ia tidak ingin mencari masalah dengan kakaknya ini.

Lagipula bisa bahaya. Jika ia mencari masalah mungkin saja ia tidak akan mendapatkan restu.

"Sedang mengajak adikmu bicara. Bagaimana tadi malam, kak?"

"Luar biasa. Kau bertambah tinggi saja, adik kecil."

"Cih tidak sadar diri."

Pangeran mahkota Sungchan terkekeh sembari mengusak rambut si singa muda Mizar.

MARK✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang