MARK: 19

14.3K 1.7K 53
                                    

"Mark~"

"Hm?"

Ratu Lisa mendengus karena kesal dengan jawaban Raja Mark. Ia sejak tadi berada disisi penguasa Aludra itu namun Raja Mark tidak sedikitpun memberikan afeksi kepadanya.

Dulu, disaat seperti ini sesibuk apapun Raja Mark jika ia menghampiri, Raja Mark akan memberikan sebuah senyuman, atau paling tidak Raja Mark masih menjawabnya dengan benar. Saat ini tidak sama sekali, bahkan menoleh kepadanya pun tidak.

"Kau sedang membaca apa?"

"Mark!"

Terlanjur sangat kesal Ratu Lisa bahkan menggebrak meja yang sedang digunakan Raja Mark untuk memeriksa beberapa dokumen kerajaan. Ia tidak tau saja raut wajah Raja Mark langsung berubah saat itu juga.

"Pergi sekarang."

"Mark, kau mengusirku?"

"Pergi sekarang!"

Bentakan dari Raja Mark akhirnya terucap dari bibirnya. Ratu Lisa bungkam, ia tidak berani membalas lagi. Salahnya sendiri memang, seharusnya ia tidak menggangu Raja Mark yang tengah serius pada pekerjaannya.

"Maafkan aku, Mark..."

Setelah Ratu Lisa pergi dari sana Raja Mark menghela nafasnya dengan panjang. Emosinya benar-benar tidak stabil jika sedang bersama dengan Ratu Lisa.

Terlebih sekarang ini pekerjaannya bertambah. Memang, ada orang yang sudah ia tugaskan untuk menggantikan tugas Lucas, namun ia tidak langsung membebankan semua tugas itu. Sebagian masih ia urus sendiri.

Ia sedang benar-benar membutuhkan vitaminnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Jaemin, kau bisa memotong jarimu sendiri, berhentilah melamun. Apa yang kau pikirkan sebenarnya?"

"Tidak, tidak ada."

Haechan menghela nafasnya. Setelah kepergian Renjun, Jungwon beserta Lucas, Ratu Jaemin memang sering kali melamun. Ia bahkan tampak tidak bersemangat sepanjang hari.

Mereka saat ini sedang berada di dapur istana, Haechan yang mengajak. Ia hanya tidak ingin membiarkan Ratu Jaemin melamun sepanjang hari, itulah sebabnya ia mengajaknya kesini. Namun ternyata pemikirannya salah, Ratu itu sejak tadi masih saja melamun.

"Jaemin, aku ada disini, kau bisa berbagi cerita juga kepadaku. Aku memang tidak mengenalmu se-lama Renjun, tapi kau bisa mempercayaiku. Lagipula, Renjun tidak akan senang melihatmu begini. Ingat apa yang ia katakan? Ia ingin kita selalu bahagia."

Haechan sedikit terhuyung kebelakang saat tubuhnya ditubruk oleh Ratu Jaemin.

Ratu Jaemin juga sadar ia telah melakukan kesalahan. Ia mempunyai Haechan namun memendamnya sendirian.

Ia hanya merasa bersalah, ia menganggap kepergian Renjun itu kesalahannya. Jika saja ia bisa bertindak, mungkin semua ini tidak akan terjadi.

MARK✓Where stories live. Discover now