MARK: 24

15.2K 1.6K 59
                                    

Masa berduka di kerajaan Aludra telah berlalu. Kematian Ratu Lisa, tidak ada lagi yang mengungkit tentang hal itu.

Raja Rigel Markala Ludra, ia dulu dengan sombongnya berkata bahwa ia sangat menunggu karma datang kepadanya. Inilah karma baginya. Kehilangan satu lagi sosok berharga baginya, ini adalah karma untuknya. Ia berduka lebih dari siapapun.

Hari itu secara mendadak Raja Mark mengundang orang-orang untuk datang ke ruang sidang. Semua orang tentu saja datang, termasuk Ratu Lisa. Sayangnya, untuk Ratu Lisa, datang kesana bukanlah keputusan yang tepat.

Raja Mark dengan lantang menyuruh Ratunya itu berdiri di tengah-tengah ruangan. Dengan wajah yang sudah sangat pucat Ratu Lisa hanya bisa menurutinya. Di sana mereka semua mendengarkan Raja Mark menjabarkan kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh Ratu Lisa, mereka benar-benar tidak menyangka Ratu pertama Aludra bisa melakukan hal itu. Beberapa orang juga merasa sangat prihatin, istana Aludra ditimpa kejadian yang bertubi-tubi. Wajah Ratu Lisa yang sudah pucat makinlah pucat karena itu. Ia merasa sangat menyesal juga malu.

Sayangnya, Raja Mark tidak sedang berbaik hati saat itu. Meski di dalam hatinya terasa seperti ada sebuah batu besar, ia tetap harus membuat keputusan. Bersamaan dengan satu tetes air mata keluar dari matanya, Raja Mark juga menjatuhkan hukuman untuk Ratu Lisa. Hukuman pemenggalan kepala akan diadakan besok lusa. Ratu Lisa meraung-raung tidak terima, ia bahkan bersujud memohon ampun kepada yang mulia Raja Aludra, namun Raja Mark sama sekali tidak menarik kata-katanya.

Terakhir kali Raja Mark bertemu dengan Ratu Lisa adalah saat Ratu itu sedang di dalam sel penjara. Wajah dan penampilannya sangat kacau, Raja Mark meringis melihatnya. Ia sendiri datang kesana untuk mengucapkan terimakasih kepada Ratu Lisa. Bagaimanapun juga, Ratu Lisa adalah salah satu orang yang berharga juga berjasa di kehidupannya. Saat itu Ratu Lisa juga kembali memohon kepada Raja Mark, ia juga menjabarkan apa saja yang telah ia lakukan untuk Raja Mark selama ini. Tapi sekali lagi Raja Mark tetap mempertahankan keputusannya. Ia pergi dari sana tanpa memperdulikan raungan Ratu Lisa.

Esok harinya ada seorang yang mengabarkan tentang kematian Ratu Lisa. Raja Mark tidak menyangka Ratu Lisa akan mengakhiri hidupnya sendiri dengan sebilah pisau yang entah ia dapat dari mana. Namun Raja Mark tetap meminta agar Ratu Lisa dimakamkan dengan layak dan dengan cara yang terhormat.

Saat upacara pemakaman, Haechan beserta yang lainnya juga turut serta. Kembali penduduk Aludra dibuat terheran-heran karenanya. Apalagi saat Raja Mark tidak berbuat apa-apa, padahal Raja Mark lah yang telah mengusir mereka.

Bahkan sampai sekarang Raja Mark belum memberikan keterangan apapun tentang kembalinya mereka. Ia membiarkan semua orang bertanya-tanya. Di istana pun baru satu orang saja yang tau tentang kehamilan Haechan, tentu saja itu Jaemin.

Raja Mark bukan tidak ingin mengumumkan hal itu kepada rakyatnya, ia sangat-sangat ingin malah. Hanya saja ia harus tetap menghormati Ratu Lisa yang telah tiada. Jika memang sudah waktunya ia pasti akan mengumumkan tentang calon penerus Aludra dengan bangga di hadapan rakyatnya.

"Raja?"

Suara Haechan menggema masuk kedalam telinga Raja Mark menyadarkannya dari lamunan yang sedang ia kerjakan. Senyum tipis ia sunggingan sebelum meminta Haechan mendekat kearahnya.

Ratunya itu menurut, Haechan bahkan hanya diam saja saat Raja Mark menarik tubuhnya untuk berada diatas pangkuannya. Bahkan Haechan membiarkan tangan penguasa Aludra itu berkeliaran di perutnya yang masihlah tampak rata.

"Ada apa, Ratu Haechan? Kalian menginginkan sesuatu?"

"Tidak. Kami tidak membutuhkan apapun, Raja. Hanya ingin menemuimu saja."

MARK✓Where stories live. Discover now