MARK: 17

14.6K 1.6K 34
                                    

"Mark, kenapa belakang ini perdana menteri Lucas selalu berada di istana? Maksudku, dia berada disini lebih sering dari sebelumnya."

Ratu Lisa yang berada dipangkuan Raja Mark mulai menggoda. Tangannya berjalan lembut mengelus dada bidang sang penguasa. Mark biasa saja, ia belum tergoda. Atau mungkin tidak? Tapi meski begitu ia tetap memberikan senyuman kepada ratu pertamanya ini sembari tangannya juga mengelus pinggang ramping Lisa.

"Dia aku perintahkan untuk mengusut masalah keracunan ratu Haechan tempo hari juga kasus jatuhnya Jungwon, apa kau lupa?"

"Tidak! Uh, maksudku aku tidak lupa. Hanya saja sedikit tidak nyaman saat dia berkeliaran di istana, Mark."

"Kenapa begitu? Bukankah dari dulu pun dia sudah sering berkeliaran di istana? Kenapa baru sekarang kau merasa cemas?"

Wajah ratu Lisa terlihat gelisah. Ia merasa Raja Mark sedang menyudutkannya, padahal nada bicara dan ekspresi wajahnya terlihat biasa saja.

"Bukan begitu maksudku, Mark."

"Hahaha baiklah-baiklah. Tenang saja dia sudah menemukan pelakunya, setelah ini kita akan tau siapa yang berkhianat disini jadi kau tidak perlu cemas, Ratu Lisa."

Raja Mark tersenyum manis kepada ratu Lisa. Benar-benar senyum yang manis sampai bisa membuat tubuh ratu Lisa bergetar ketakutan. Ia juga tidak tau kenapa tubuhnya menjadi seperti itu, terlebih tentang perasaan takutnya, entahlah datang dari mana.

"P-pelaku? Sudah kau temukan?"

"Kenapa kau terlihat cemas, Ratu? Kau tenang saja, semuanya akan selesai secepatnya."

"Baiklah. Mark, aku baru ingat ada urusan, aku harus pergi."

"Hm? Tumben sekali. Biasanya kau tidak mau terganggu oleh apapun jika sedang bersamaku."

"Ini benar-benar penting, Mark."

"Kalau begitu, silahkan selesaikan urusanmu, Ratu Lisa."

Setelah berpamitan sekilas Ratu Lisa dengan tergesa-gesa pergi dari sana. Ia tidak sadar jika dibelakangnya Raja Mark sedang mengangkat sebelah sudut bibirnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sekarang semua ratu kecuali ratu Lisa sedang berkumpul di taman istana, pangeran Jungwon juga bersama mereka. Dan karena pangeran kecil itulah juga yang menyebabkan ratu Renjun sedari tadi tidak berhenti berteriak membuat kedua ratu lainnya hanya bisa mengelus dada.

"Kau ikut berlari saja sana kalau takut dia jatuh."

"Aku tidak punya kekuatan untuk berlari."

"Tapi kau punya kekuatan untuk berteriak!"

"Kenapa kau emosi??"

"Aku tidak!"

Ratu Jaemin menggelengkan kepalanya. Semakin hari ratu Renjun dan Haechan semakin dekat, tapi semakin sering pula lah mereka berdebat. Bukan hal yang serius, setelahnya mereka akan langsung berbaikan.

MARK✓Where stories live. Discover now