MARK: 23

15.1K 1.7K 47
                                    

"Dia sudah mengakuinya?"

"Benar yang mulia."

"Siapa?"

"Maafkan saya, yang mulia. Dia menyebutkan nama Ratu Lisa."

Raja Mark menyunggingkan senyum mendengar itu. Inilah yang sudah ia tunggu-tunggu.

Masihkah kalian mengingat tentang seseorang bertubuh kurus yang tempo hari ditangkap oleh Raja Mark karena kasus pembunuhan salah satu tahanan yang merupakan pelaku kasus keracunan Haechan? Ia bukanlah pelakunya.

Sekali lagi, ini adalah rencana Raja Mark. Orang itu adalah orangnya yang memang sengaja diperintahkan untuk berpura-pura seolah ialah yang menjadi pelaku untuk menemukan pelaku sebenarnya.

Dan benar saja, seperti yang sudah diperhitungkan oleh Raja Mark, mereka sendirilah yang menyerahkan dirinya sendiri kepada Raja Mark. Suatu kebodohan jika ingin mengelabui Raja Mark dengan taktik yang sama. Mereka mencoba kembali meracuni orang suruhan Raja Mark, namun kali ini mereka lebih waspada dan dengan mudah berhasil menangkap pelaku sesungguhnya.

Setelah serangkaian proses interogasi yang menghabiskan sekitar empat jari pelaku, akhirnya ia mengaku. Ia adalah orang suruhan Ratu Lisa, Ratu Lisa lah biang dari semua ini. Sekarang, bukti sudah di tangan Raja Mark, proses sidang bisa segera ia laksanakan.

"Siapkan semuanya sekarang, pastikan semua orang berada disana!"

"Baik yang mulia."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Cairan beraroma pekat yang berada di genggamannya terasa hambar saat mendengar suara seseorang yang baru saja memasuki ruangannya. Ketenangan yang ia dambakan musnah sudah diganti oleh perasaan kesal luar biasa.

"Mark, aku merindukanmu."

Raja Mark tidak menjawab kalimat barusan yang dikatakan oleh Ratu Lisa. Ia masih duduk ditempatnya dengan minuman ditangannya namun matanya menatap datar kearah Ratu Lisa.

Melihat wajah didepannya ini membuat dirinya merasa perasaan yang campur aduk. Tapi perasaan kasihanilah yang lebih mendominasi.

Raja Mark sangat ingat bagaimana Ratu Lisa yang dulu. Ia adalah orang yang baik juga periang. Sayang sekali hanya karena ambisinya ia justru menjerumuskan dirinya sendiri ke jurang kehancuran.

Jangan lupa, Raja Mark juga seorang yang ambisius. Ia bahkan berusaha menumpuk banyak kerajaan dalam genggamannya, namun itu tetap dalam perhitungannya. Artinya, ia tau resiko apa yang ia akan terima dan sampai mana kemampuannya. Sayangnya Ratu Lisa tidak memikirkan itu. Ratu itu tidak memikirkan dampak yang akan ia dapatkan. Alih-alih mempertahankan posisinya ia justru kehilangan lebih banyak dari pada yang ia tau.

"Mark, kau mengabaikanku!"

"Pergilah."

Ratu Lisa benar-benar tidak percaya, secara terang-terangan Raja Mark mengusirnya begitu saja.

MARK✓Where stories live. Discover now