MARK: 18

14K 1.7K 34
                                    

Ruangan itu dipenuhi dengan atmosfir yang tidak mengenakan. Ketegangan benar-benar terasa disana. Sebagian dari mereka yang berada disana bertanya-tanya apa yang terjadi, sebagian lagi sibuk menerka-nerka apa yang akan terjadi.

Ketegangan juga bisa dirasakan oleh Haechan dan Ratu Renjun yang baru saja memasuki ruangan itu. Tidak bisa dipungkiri, ada rasa ketakutan dalam diri mereka. Apalagi saat melihat tatapan mata yang mulia saat ini, menakutkan.

"Seingatku, aku memberi perintah untuk memanggil ratu Renjun. Apa yang kau lakukan disini, Ratu Haechan?"

"Izinkan aku menemani ratu Renjun, Raja."

"Izin tidak aku berikan. Silahkan keluar."

"Tapi ra-"

"Kubilang keluar, ratu Haechan!"

"Baiklah."

Haechan menunduk sekilas sebelum pergi, ia juga menyempatkan untuk mengelus pelan bahu ratu Renjun. Ia sangat tau kalau ratu mungil itu sedang ketakutan juga kebingungan, tercetak jelas dalam raut wajahnya.

"Maju kehadapanku, Ratu Renjun."

Ratu Renjun menurut. Ia membuat beberapa langkah mendekati sang penguasa.

Sejak tadi ia hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa berani menatap ke arah raja Mark. Dalam kepalanya ia tidak bisa berhenti menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia tau kesalahannya, ia tidak menyangka perkataannya kepada ratu Lisa membuatnya berada disini sekarang.

"Maju kehadapanku, perdana menteri."

Satu kalimat. Satu kalimat dari raja Mark membuat ratu Renjun mendongkak menatap wajah raja Mark. Wajah itu sangat dingin dengan tatapan yang menghunus tajam. Tapi sekilas, ratu Renjun bisa melihat senyum tipis yang tersungging dari bibir itu.

Jantung ratu Renjun berdegup sangat cepat, benar-benar cepat saat Perdana menteri Lucas berdiri tepat disebelahnya. Perasaannya kini semakin tidak karuan, ia yakin sesuatu yang buruk akan terjadi, tapi ia masih berharap apa yang ia pikirkan tidak akan terjadi.

"Kalian semua, perhatikan kedua orang ini. Ratu Renjun, kau tau apa kesalahanmu?"

Ratu Renjun sama sekali tidak menjawab, ia justru menundukkan kepalanya semakin dalam, tangannya pun sudah sangat berkeringat saat ini.

"Tidak mau menjawab? Baiklah. Perdana menteri, kau orang kepercayaanku bukan?"

"Ya, yang mulia."

"Kalau begitu katakan kesalahanmu."

"Ampuni kami, yang mulia..."

"Aku tidak meminta itu, perdana menteri. Katakan sekarang!"

Suara raja Mark menggema mengisi ruangan itu. Bahkan orang-orang disana ikut terkejut mendengar suara membentak dari penguasa mereka. Perdana menteri Lucas juga terkejut, namun ia masih menegakkan tubuhnya menghadap raja Mark.

"Aku dan Ratu Renjun, kami memiliki hubungan, yang mulia."

Terkejut? Tentu saja, semua orang disana kecuali raja Mark dan perdana menteri Lucas, mereka terkejut mendengar pengakuan sang perdana menteri. Bahkan Ratu Renjun yang juga terlibat ikut terkejut mendengar pengakuan yang begitu lancar dikeluarkan dari mulut orang yang ia kasihi.

Ratu Renjun mengedarkan matanya sekilas menatap orang-orang yang ada disana. Tatapan terkejut, namun ada juga tatapan mencemooh terarah kepadanya.

"Kau tau apa yang telah kau lakukan, perdana menteri?"

"Saya tau, ampuni kami, yang mulia..."

Perdana menteri Lucas masih mempertahankan tubuh dalam posisi tegap berdiri disebelah Ratu Renjun. Bahkan saat yang mulia mendekat dan melayangkan pukulan bertubi-tubi kepadanya, ia masih berusaha keras untuk mempertahankan posisinya itu.

MARK✓Where stories live. Discover now