Extra Part I

834 54 2
                                    

Pagi itu, Hazel memutuskan untuk membuat omelet sebagai sarapan. Ia berjalan ke dapur dan mengeluarkan beberapa telur dari kulkas. Kemudian ia menyalakan kompor dan memanaskan minyak di dalam wajan. Setelahnya, Hazel memasukkan telur ke dalam wajan berisi minyak panas.

Hazel menghidangkan omelet berwarna kuning cerah di atas piring. Tidak lama setelahnya, Orlando menghampiri dapur karena mencium wangi masakan.

"Sudah berapa lama kita berada di pulau ini?" Tanya Hazel.

Orlando mengerutkan keningnya berpikir lalu menjawab, "Mungkin sekitar dua bulan. Ada apa tiba-tiba bertanya?"

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya berpikir tentang masa lalu. Aku tidak pernah menyangka akan hidup normal seperti kebanyakan orang. Ternyata rasanya sangat menyenangkan hidup normal seperti ini." kata Hazel.

"Tetapi aku tidak pernah menyesali masa laluku. Jika semuanya berbeda, mungkin kita tidak akan bersama seperti ini."

Hazel menatap Orlando dengan tatapan sendu, "Tetapi karena masa lalu tangan kita menjadi berlumuran darah. Perbuatan kita tidak termaafkan."

Orlando memegang tangan Hazel dan berkata, "Kau dulu telah dicuci otak. Itu semua bukan salahmu."

"Hal itu tidak membuat perbuatanku dapat dibenarkan. Aku membunuh orang seperti membunuh serangga." Hazel mengeratkan kepalan tangannya.

"Kau tidak sendiri Hazel. Aku juga seperti itu. Kita berdua akan menanggung akibatnya bersama. Dan kita tidak akan melakukan hal itu lagi. Kita sudah membuka lembaran hidup yang baru di sini. Kumohon, jangan menyalahkan dirimu sendiri!" Orlando menatap mata Hazel memohon.

Hazel mengalihkan pandangannya ke arah jendela yang mengarah ke taman, "Aku tahu aku sudah merusak pagi yang damai ini. Tetapi selama kita di sini kadang aku berpikir apa kita pantas untuk bahagia setelah semua perbuatan yang kita lakukan."

Tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengar. Seketika itu juga Hazel dan Orlando sama-sama terdiam.

Tok tok tok

Ketukan pintu terdengar lagi.
Orlando memberikan arahan pada Hazel dengan gerakan tangannya agar Hazel menunggu di lantai dua. Tetapi Hazel malah mendekati pintu. Mau tidak mau Orlando mengikuti Hazel mendekati pintu.

Orlando mengintip keadaan di luar dari jendela di ruang tamu yang tertutup gorden. Walaupun ditutupi gorden, tetapi masih ada celah untuk melihat ke luar.

Orlando berhasil melihat orang yang berdiri di balik pintu. Orang itu adalah pria berjas hitam. Pria itu juga mengenakan topi hitam dan sarung tangan hitam. Wajahnya tertutupi oleh topinya.

Hazel ikut mengintip dari sisi lain. Ia tersentak saat melihat​ pria itu. Hazel berjalan tanpa suara mendekati Orlando dan berbisik, "Aku tahu siapa dia."

Orlando reflek menengok ke arah Hazel dan menaikkan alisnya membentuk wajah bertanya-tanya. Lalu Hazel berbisik lagi, "Dia adalah kakak sulung Jose."

"Jose? Mantan bosmu di organisasi?" Tanya Orlando.

Hazel mengangguk sebagai jawaban.

"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Orlando.

"Kurasa kita harus membuka pintunya. Tidak ada gunanya kita tetap mengunci pintu. Lebih berbahaya lagi jika dia mengendap-endap lewat jendela nanti." usul Hazel.

"Baiklah."

Orlando membuka pintu perlahan. Pria bertopi itu langsung melangkah masuk saat pintu terbuka tanpa menunggu dipersilahkan masuk. Kemudian Orlando menutup pintu dan berbalik mengikuti pria asing itu.

Pria itu duduk di sofa ruang tamu dan mengangkat kakinya di atas meja.

Hazel menghampiri pria itu dan berkata, "Apa yang kau lakukan di sini, Daniel?"

Pria yang dipanggil Daniel itu menengok ke arah Hazel dan tersenyum, "Sudah lama kita tidak bertemu, Blank."

"Aku sudah tidak memakai julukan itu." jawab Hazel dengan dingin.

"Apa kau tahu di mana Jose?" Tanya Daniel.

Hazel dan Orlando saling memandang. Kemudian Hazel berkata, "Aku sudah keluar dari organisasinya. Bagaimana aku tahu keberadaannya."

Daniel mengangguk kecil, "Ternyata begitu. Pantas saja kau tidak tahu bahwa organisasi Jose sudah hancur. Katanya ada seseorang pembunuh yang membunuh Jose dan mengacaukan organisasi dalam semalam."

"Aku sudah tidak bekerja menjadi pembunuh lagi. Aku tidak ingin tahu apapun tentang organisasi dan sebagainya." ucap Hazel.

Daniel menatap Hazel tajam, "Kau tidak menjadi pembunuh lagi. Lalu apa yang kau kerjakan sekarang."

"Aku menjadi pembisnis." jawab Hazel.

"Kau tidak ingin mencoba bekerja denganku. Aku bisa menjadi partner bisnis yang baik untukmu. Coba katakan nominal uang yang kau mau, aku akan menyediakan cek untukmu." Daniel mengambil dompet dari saku celananya dan hendak mengeluarkan sebuah cek dari sana.

"Aku tidak menjalankan bisnis seperti itu." Sergah Hazel cepat.

Daniel mengernyitkan dahinya, "Seperti itu? Apa yang kau maksud seperti itu?"

"Aku tidak menjual obat-obat terlarang, senjata, atau semacamnya." Jelas Hazel.

"Aku juga tidak menjalankan bisnis semacam itu, Blank. Kau menganggapku pembisnis illegal?" Daniel pura-pura tersinggung.

"Daniel, aku tidak punya banyak waktu untuk mengobrol denganmu. Aku ada urusan sebentar lagi." usir Hazel.

Bukannya pergi, Daniel malah menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa.

"Aku tidak hanya mengobrol denganmu. Aku bernegosiasi tentang bisnis denganmu. Kau tidak bisa kabur dari takdirmu, Hazel. You're born to kill."

Kata-kata Daniel membuat Hazel menatap sengit ke arah Daniel, "Apa maksudmu aku lahir untuk itu?"

"Aku melihat latihanmu sewaktu kecil. Kau memiliki bakat natural untuk membunuh. Kau diciptakan untuk menjadi pembunuh." ucap Daniel sambil tersenyum miring.

Hazel kembali mengingat memori di mana setelah dia dicuci otak, Jose dan Daniel melatihnya bela diri dan menggunakan senjata setiap hari. Mereka menjadikan Hazel sebagai alat pembunuh yang menguntungkan kepentingan mereka.

Hazel menggertakkan giginya. Ia sangat ingin menghabisi Daniel, tetapi ia sudah berjanji bahwa dia tidak akan membunuh lagi. Oleh karena itu, Hazel menghembuskan napas panjang untuk menenangkan diri.

Hazel memasang wajah datar dan berkata ketus, "Silahkan pergi, Daniel."

Daniel tidak menghiraukan perkataan Hazel. Dia tetap duduk di sofa tanpa tanda-tanda akan pergi. Karena kesal, Hazel mengajak Orlando meninggalkan Daniel di ruang tamu.

"Sebaiknya kita segera pergi. Duduk di sini hanya membuang-buang energi." kata Hazel pada Orlando.

Baru beberapa langkah Hazel dan Orlando meninggalkan ruang tamu, tiba-tiba terdengar suara Daniel.

"Aku tahu bahwa kalian yang membunuh Jose."

Seketika Hazel dan Orlando menegang.

TBC

Hai readers!! Udah lama ya sejak terakhir Kali GA update. Hari ini GA dapet ranking 4 di genre laga. Pertama-tama author ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pembaca yang telah mendukung GA selama ini hingga GA bisa sampai pada titik ini.

Padahal sudah lama banget GA dirilis tapi hari ini GA bisa masuk ranking lagi. Oleh karena itu, author ingin memberikan hadiah kepada para pembaca yaitu extra part ini. Selamat membaca!

GIRL ACT (COMPLETED)Where stories live. Discover now