#01

33.4K 1.3K 48
                                    

Hazel berlari di tengah kegelapan. Kedua tangannya memegang pistol kedap suara. Musuhnya yang berada 20 meter di depannya bahkan tidak menyadari keberadaannya. Hazel membidik musuhnya yang adalah seorang mafia bernama Freddie. Lalu Hazel menarik pelatuk pistol itu. Peluru itu melesat dari ujung pistol menuju dahi mafia itu. Kemudian terdengar suara erangan dari laki-laki itu.

Hazel menghampiri tubuh Freddie yang tergolek lemah. Hazel meraba lehernya dan mengecek nadinya. Setelah memastikan sasarannya benar-benar mati, Hazel memberitahu atasannya melalui earphone yang melekat di telinganya.

"Mission success."

Hazel mengendap-endap keluar dari tempat persembunyian sang mafia. Jika dia ketahuan para penjaga mungkin sekarang dia sedang dihujani peluru. Untung saja dia berhasil menyelinap dengan baik. Dua kali pengalaman hampir tewas membuat Hazel lebih cekatan dan ahli dalam menyelesaikan tugasnya.

Tugas kali ini tergolong ringan. Biasanya dia ditugaskan untuk menyelinap ke markas musuh. Jika dia tertangkap nyawa taruhannya.

"Ketika nyawamu dipertaruhkan, disaat itulah kau akan bersikap teguh dan pantang menyerah."

Hazel kembali ke markasnya. Ia masuk dengan baju yang masih sama dengan bajunya saat bertugas tadi. Kaos lengan panjang ketat dan celana ketat berwarna serba hitam. Para junior mengangguk hormat begitu berpapasan dengan Hazel, sedangkan Hazel hanya menatap mereka sekilas tanpa merespon.

Hazel adalah gadis berusia 16 tahun. Dia dibesarkan di Brazil oleh ketua organisasi pembunuh bayaran terkenal bernama Jose. Jose sendiri membesarkan Hazel karena melihat potensi gadis itu dalam bela diri. Di umurnya yang saat itu masih berusia 8 tahun, dia sudah mengikuti misi bersama orang-orang yang lebih tua darinya.

Hazel tidak ingat masa lalunya sama sekali. Hanya Jose yang tau masa lalunya. Hazel hanya tau bahwa dia adalah pembunuh bayaran sejak kecil, selebihnya dia tidak ingat apa pun. Oleh karena itu nama julukan Hazel dalam dunia pembunuh bayaran adalah "Blank" karena dia tidak bisa mengingat tentang masa lalunya. Hazel pernah tertembak di dada kiri dan hampir mengenai jantungnya saat bertugas pada umurnya yang ke 11. Saat itu dia hampir mati jika tidak ditolong oleh rekannya. Lalu ketika umur 13 tahun, Hazel pernah terjebak di markas besar musuh dan lehernya hampir saja ditebas oleh pisau jika dia tidak cekatan. Untungnya saat itu dia melompat sehingga pisau itu hanya mengiris kakinya dan tidak menimbulkan luka fatal. Kejadian kedua itu membuat Hazel sedikit trauma. Kadang kejadian itu terbawa ke dalam mimpi Hazel. Namun Hazel tak punya waktu untuk berlama-lama berdiam dalam traumanya sebab setumpuk tugas menunggunya untuk diselesaikan.

Hazel hanya sempat beristirahat semalam setelah kejadian itu. Keesokan harinya, ia kembali bertugas dan memakai kostum serba hitam kebanggaannya.

Hazel menyelipkan dua paket peluru di sabuknya dan membawa dua jenis pistol dan satu senapan yang cukup besar. Misi yang didapatnya adalah melukai seseorang cowok yang menjabat sebagai pemimpin sebuah perusahaan. Hazel menatap incarannya dengan tatapan mata setajam elang. Dia mengawasi setiap gerak-gerik sasarannya. Sasaran Hazel kali ini benar-benar menarik. Sasarannya dianugerahi wajah tampan dengan rahang tegas dan mata hitam pekat.

Hazel menjilat bibirnya.

"Hmmm... Tugas kali ini akan menarik," pikir Hazel.

Sambil mengangkat pistol kedap suaranya, Hazel terus bergerak tanpa suara. Namun tak disangka-sangka sang sasarannya malah menengok ke arah Hazel dan menatap Hazel dalam.

Hazel panik namun ia mencoba menyembunyikan kepanikannya di balik ekspresi wajahnya yang datar. Kemudian si cowok itu mengeluarkan sepucuk pistol lalu menarik pelatuknya.

DOR! DORR!

Suara tembakan itu terdengar. Hazel menatap ke arah lengannya yang terkena peluru itu. Kini lengannya basah oleh darah, namun rasa sakit itu tidak terlibat di mata Hazel. Setelah itu Hazel memutuskan untuk kembali ke markas. Dia tau kali ini dia tidak berurusan dengan mangsa yang lemah seperti biasanya. Sudah jelas kali ini dia berhadapan dengan seekor musang bukan seekor kucing. Yah setidaknya kali ini mangsanya dapat melawan.

"Hmm... So interesting," gumam Hazel dalam hati.

Hazel baru saja melangkah cepat ingin kabur namun sebuah pistol berada tepat di samping kepalanya. Peluru didalamnya siap menembus kepala Hazel jika pelatuk pistol itu ditarik oleh yang empunya. Hazel menatap dingin cowok yang menjadi incarannya dalam tugas kali ini. Cowok itu berdiri menjulang di sampingnya dan menatapnya dengan sangat tajam. Tatapan cowok itu seakan menguliti Hazel luar dalam.

Walaupun posisi Hazel kali ini tidak menguntungkan, namun Hazel masih memasang wajah datar khas-nya. Tidak ada sinar ketakutan di matanya. Dia tidak pernah kalah. Namun posisinya tidak menguntungkan untuk menghindar, apalagi jenis pistol yang sekarang ditodongkan di kepalanya adalah pistol Walther P99. Kemungkinan kecepatan pelurunya adalah 1339 kaki per detik. Hmm jika secepat itu hanya keajaiban yang dapat membuat Hazel dapat berhasil kabur.

Maut... Hazel sudah sangat sering menghadapi maut yang di depan mata. Saking seringnya itu seperti sudah menjadi bagian hari-hari Hazel.

"Jika kau berani jalan selangkah, Aku akan menarik pelatuk pistol ini!" ancam lelaki itu sambil menampilkan smirk-nya.

Hazel menatap cowok itu sengit lalu memutuskan untuk diam di tempat. Tubuhnya diam tak bergerak bagai patung, lalu lelaki itu menarik tubuh Hazel ke sofa terdekat. Lelaki itu berdecak kesal ketika mendapati Hazel tak kunjung duduk walaupun belakang Hazel sudah persis sofa. Dengan kesal lelaki itu mendorong Hazel sampai terduduk.

"Kau, ikuti kata-kataku!" perintah lelaki itu penuh penekanan.

To be continue

GIRL ACT (COMPLETED)Where stories live. Discover now