#09

10K 605 3
                                    

Happy Reading

"Rose Gunner..."

"Dia adalah pembunuh yang memiliki skill penembak jitu terbaik di organisasi Jose." ucap Hazel memperingatkan.

"Apakah dia pernah meleset?" tanya Orlando.

"Pernah, namun sangat-sangat jarang. Biasanya walaupun meleset tetap mengenai sasarannya walaupun tidak fatal." jelas Hazel.

"Kau yakin, Hazel?"

Hazel menganggukkan kepalanya yakin,"Ya, aku sudah pernah bertarung bersamanya. Namun, posisiku sebagai rekannya bukan musuhnya."

Flashback on

Puluhan orang berjaga di depan sebuah rumah megah. Masing-masing penjaga membawa senapan otomatis. Hazel melirik Charesa yang ada di sebelahnya. Saat ini, Hazel dan Charesa sedang bersembunyi di semak-semak. Penjaga-penjaga itu berjalan mondar-mandir mengelilingi rumah bertingkat empat itu.

Hazel maupun Charesa hanya mempunyai beberapa detik untuk menyelinap sebelum penjaga-penjaga itu mengetahui keberadaan mereka dan memberondong mereka dengan tembakan.

Hazel memberi isyarat kepada Charesa untuk bergerak melalui gerakan jarinya.

"Satu....Dua....TIGA!" bisik Hazel tanpa suara. Mereka memanjat pagar rumah itu, lalu bersalto menuju sisi dalam pagar. Lalu mereka segera berlari tanpa suara ke dalam rumah itu.

Tap Tap Tap
Suara langkah Hazel dan Charesa bergema di lorong rumah itu. Suasana yang begitu sunyi memungkinkan suara langkah pelan mereka terdengar, walaupun samar. Hazel melangkah maju, namun lengannya dicekal Charesa. Charesa menggelengkan kepalanya dan mengisyaratkan Hazel untuk tetap di tempatnya. Sementara Charesa langsung mengisi senjatanya dengan peluru.

Kemudian Charesa berlari dengan sangat cepat sambil menembaki penjaga yang bersembunyi.

Dor Dor Dor Dor Dor Dor
Charesa menembak penjaga-penjaga itu tepat di dahi mereka, sehingga tubuh mereka langsung ambruk ke lantai.

"Let's go!" perintah Charesa pada Hazel yang masih terperangah melihat ketepatan tembakan Charesa.

Mereka berdua menjelajahi rumah itu dan belum menemukan target yang mereka cari. Dari lantai satu sampai lantai tiga yang mereka temui hanya penjaga-penjaga saja. Entah berapa banyak oenjaga yang disewa oleh pemilik rumah ini untuk melindunginya. Sayangnya, ternyata penjaga-penjaga itu mempunyai skill yang tidak sebanding dengan dua orang pembunuh profesional seperti Hazel dan Charesa.

Charesa mendesah kecewa setelah 10 menit mengobrak-abrik rumah itu dan tak kunjung menemukan sang target, "Huuhh rumah ini benar-benar besar dan memiliki sangat banyak ruangan. Benar-benar menyusahkan."

Klik
Terdengar suara pintu tertutup samar-samar.

Hazel mengangkat alisnya dan menatap Charesa,"Sepertinya suara itu berasal dari buruan kita"

"Maybe" Charesa mengangkat bahu acuh lalu segera melangkah menuju tempat dimana suara tadi berasal.

"Pasti ada kejutan menunggu kita didalam." tebak Hazel saat berada di depan sebuah pintu ruangan yang diyakini Hazel berisi sang target di dalamnya.

"Sstt." Charesa meletakkan jari telunjuk di bibirnya mengisyaratkan Hazel untuk diam.

Charesa dan Hazel menyembunyikan diri di balik tembok, lalu Charesa mendorong pintu itu hingga terbuka dengan sebelah tangannya.

Begitu pintu itu terbuka, yang mereka dapatkan bukanlah suara tembakan beruntun. Namun ternyata tebasan katana menyambut mereka. Saat itu, hampir saja jari Charesa terpotong jika tak hati-hati saat membuka pintu itu. Charesa memang ahli dalam menembak, namun tidak dalam pertarungan jarak dekat seperti pertarungan pedang. Oleh karena itu saat melihat ada seorang perempuan bertopeng yang memegang katana menyambut mereka, Charesa menyuruh Hazel untuk maju.

Perempuan yang memegang katana itu menyeringai ke arah Hazel. Perempuan itu menebaskan katana ke arah Hazel yang berhasil dihindari Hazel dengan melompat ke samping. Perempuan itu mengayunkan katananya hendak menebas kepala Hazel, namun Hazel lebih cepat. Hazel segera merunduk dan berguling menghindari ayunan katana tajam nan mengkilat itu.

"You're great." puji perempuan itu.

Hazel mengeluarkan pedang samurainya dari sarung di pinggangnya. Pedang itu dihiasi logo naga di bagian pegangannya. Hazel mengayunkan pedang itu menebas perempuan itu. Perempuan itu berhasil menghindar namun tidak dengan rambut panjangnya yang berhasil dipotong oleh Hazel.

"Oh, tidak!! RAMBUTKU !!! Keparat kau!!" seru perempuan itu murkah.

Perempuan itu mengayunkan katananya dengan brutal. Dia menyerang Hazel dari berbagai sisi yang berhasil ditangkis Hazel dengan baik. Perempuan itu menebas kaki Hazel, namun tebasan itu ditangkis Hazel dengan pedangnya.
Mereka berdua bertarung dengan sengit. Tak jarang gesekan antara pedang dan katana satu sama lain menimbulkan percikan api.

Mereka bertarung dengan cukup seimbang sampai Hazel terjatuh karena kehilangan keseimbangan. Begitu Hazel terjatuh, ujung katana itu langsung dihunuskan ke lehernya. Jarak antara katana itu dengan leher Hazel hanya sekitar 2 cm. Saat perempuan bertopeng itu menampilankan senyum kematian bersiap menusuk leher Hazel, Hazel berteriak,"CHARESA!!"

Satu detik kemudian...
DOR..Suara tembakan terdengar disusul oleh tubuh perempuan bertopeng yang terhuyung dan jatuh dalam keadaan dahi yang berlubang.

Hazel menghela napas panjang.

"Fyuuhh...Hampir saja."

"Kita harus bergegas sebelum buruan kita kabur, Hazel!" ujar Charesa memperingatkan.

Charesa dan Hazel menemukan sang target yang sedang masuk ke mobil berupaya untuk kabur, namun langsung digagalkan oleh Charesa dengan menembak kaki target. Hazel dan Charesa berhasil menyelesaikan misi mereka dengan sukses.

Flashback off

"Berdasarkan ceritamu, dapat dikatakan kalau Rose Gunner tidak mahir pertarungan jarak dekat bukan??"

Hazel mengangguk,"Bisa dibilang begitu."

Orlando menarik Hazel ke dalam pelukannya,"Tenang saja, Hazel. Aku bisa mengatasi Charesa. Kau tau aku ahli dalam pertarungan jarak dekat. Aku bisa mengalahkannya."

"Kenapa dia tidak hadapi berdua saja?" usul Hazel

Orlando menolak tak setuju, "Tidak, aku tidak ingin mengambil resiko kau terluka nantinya. "

"Aku sudah sering terluka. Aku akan baik-baik saja."

"Justru itu, kau sudah sering terluka. Aku tak bisa membiarkanmu terluka lagi." ucap Orlando bersikeras.

"Baiklah, terserah kau saja."

      -----------------**********--------------------

Dua hari kemudian...

Orlando menelpon Charesa.

"Let's have a duel!" ucap Orlando tanpa basa-basi

TBC

Author update lagii!! Gimana part-nya?? Pendek ya?? Sorry yaa soalnya author lagi rada nge-stuck idenya. Maklum mendekati hari UAS jadinya stress. Author publish biar readers yang udah nungguin bisa baca. Hmm vote yaa biar author semangat nulis part berikutnya.

Thx for reading.

See you...

GIRL ACT (COMPLETED)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें