#10

9.8K 567 10
                                    


Enjoy

"You challenged me?" Charesa tertawa meremehkan.

"Kutunggu kau dua blok dari markas Jose!"

"Apa kau akan menjebakku disana dan menyerbuku?" tanya Charesa.

"Aku pastikan hanya ada aku disana. Kita akan bertemu jam 20.00, dua jam dari sekarang." ucap Orlando. Setelah itu Orlando menutup teleponnya. Orlando mengambil pistol semi-otomatis dan menyematkan cadangan peluru di sabuknya. Orlando juga menyiapkan pedang samurai miliknya yang berlogo harimau untuk pertarungan jarak dekat, tak lupa menyiapkan bom asap dan berbagai perlengkapan bertarung lainnya. Hazel menatap Orlando khawatir.

"Apa tidak apa-apa hanya kau disana?" tanya Hazel khawatir.

"Tenang saja, aku sudah menyiapkan strategi untuk mengalahkannya."

"Jika strategi itu gagal bagaimana?" cemas Hazel.

"Kau meragukanku, Hazel?" tanya Orlando.

"Bukan meragukan, aku hanya cemas. Aku tidak ingin kehilangan lagi. Kau adalah satu-satunya orang yang mengertiku."

"Tenang saja, aku berjanji akan kembali padamu." Orlando mengelus kepala Hazel berusaha untuk menenangkan gadis itu dari kekhawatirannya.

Dengan berat hati, Hazel menatap kepergian Orlando.

Di tempat duel. . .

Charesa sudah menyambut kedatangan Orlando dengan tembakan beruntun dari senapannya. Untung saja Orlando berhasil menghindar. Tembakan yang diarahkan Charesa bukan tembakan sembarangan. Tembakan itu menembakkan peluru sniper yang bisa sangat melumpuhkan.

Orlando melancarkan strateginya untuk memancing Charesa untuk melakukan pertarungan jarak dekat, karena jika pertarungan jarak jauh ia tidak mungkin menang dari Queen of Sniper itu. Akurasi tembakan Charesa bisa dibilang hampir sempurna. Jarak tidak menghalanginya untuk membidik sasaran dengan tepat. Orlando bersalto dan menendang Charesa hingga senapannya terlempar. Lalu Orlando bersiap-siap untuk menyerang Charesa dengan pedang. Orlando menghunuskan pedang membelah Charesa. Tetapi sasarannya telah menghilang. Secara tiba-tiba Charesa sudah ada di belakang Orlando. Mendengar suara peluru berdesing di belakangnya, Orlando segera meloncat ke samping.

Suara tembakan kembali terdengar dan membuat Orlando terpaksa melakukan manuver-nya. Orlando bersalto melewati kepala Charesa sambil menebaskan pedangnya. Charesa yang terkejut mendapat serangan yang begitu mendadak reflek menghindar. Charesa tersenyum memamerkan senyumnya yang mengerikan, namun senyumnya perlahan menghilang saat ia merasa bahwa lengan bajunya robek. Tidak hanya itu, ternyata pedang Orlando juga berhasil menyayat lengan bagian atas tangan kiri Charesa. Luka itu mengucurkan darah segar yang cukup banyak. Charesa melirik lukanya sekilas, sebelum kembali memasang kuda-kuda untuk bertarung. Orlando siap menerjang Charesa dengan pedang samurainya ketika kemudian Charesa maju ke depannya.

Charesa maju menantang Orlando. Orlando dengan senang hati memakan umpan Charesa dan maju menyerang. Saat itu juga, Charesa mengeluarkan pistol dari balik punggungnya dan membidik Orlando dari jarak dekat

"AKKHH." Erang Orlando saat peluru menembus bahu kirinya.

"Sial! Dia memakai siasat licik!" umpat Orlando dalam hati.

Orlando mengeluarkan bom asap dari sabuknya dan melemparkannya ke depan Charesa. Setelah itu asap menutupi pemandangan Charesa dan Orlando. Orlando mengira bahwa Charesa tidak dapat melihatnya. Memang benar, Charesa tidak dapat melihatnya. Tapi Charesa tetap mengetahui posisi Orlando dari sensor panas yang ada di jam tangannya. Charesa menyeringai dan membidik Orlando.

DOR

Kemudian. .
"AKKHH"  Peluru kembali mengenai Orlando. Kali ini peluru Charesa mengenai siku tangan kiri Orlando.

"Celaka! Jika seperti ini, aku bisa kalah." pikir Orlando.

Beberapa detik berikutnya, sebuah peluru kembali bersarang di perut Orlando dan membuat Orlando berjalan terhuyung-huyung.
Perlahan, asap itu mulai memudar. Charesa memandang Orlando dengan tatapan penuh kemenangan.

"What that i told you, boy? You can't win from me."

Orlando menatap Charesa penuh tekad.

"Aku akan membunuhmu dan menang darimu karena aku telah berjanji padanya." geram Orlando.

"Coba saja!"

Pertarungan itu kembali dimulai. Orlando mungkim saja memenangkan pertarungan itu jika tidak ada luka-luka yang membuat gerakannya terhambat. Apalagi luka-luka itu terus mengeluarkan darah dan membuat kondisi Orlando menjadi melemah seiring waktunya.
Pandangan Orlando mulai berkabur. Walaupun ia sudah berusaha berdiri tegak meski badannya lemas, tetapi akhirnya Orlando ambruk ke tanah.

"ORLANDO!!" jerit Hazel histeris.

"Hmm bahkan aku bisa mendengar suara Hazel di saat seperti ini." Orlando mengira suara Hazel hanyalah halusinasinya saja.

Mata Hazel berkabut oleh amarah yang nyaris membuatnya naik pitam terhadap Charesa. Dia baru saja sembuh dari amnesia nya dan menemukan Orlando kembali, dan sekarang Charesa ingin membunuhnya? Charesa benar-benar menggali kuburannya sendiri.

Mata Hazel menyalang-nyalang menatap Charesa. Hazel berlari dengan sangat cepat ke arah belakang Charesa hingga Charesa bahkan tidak menyadarinya. Kemudian, Hazel mencekik leher Charesa dan menancapkan sebuah pisau lipat tepat pada pembuluh darah di leher Charesa. Darah bermuncratan kemana-mana. Charesa pun meninggal dengan berlumuran darah.

Hazel berlari ke arah Orlando dan menangis.

"Kau berjanji akan kembali padaku. Mana janjimu?? Kau tidak boleh meninggalkanku sendirian!!" ucap Hazel dengan berderai air mata.

"ORLANDO! Bangun!!" Hazel berteriak kencang.

Hazel terduduk lemas dengan terisak-isak. Napasnya tersengal-sengal dan air matanya tidak mau berhenti mengalir. Hazel mengecek denyut nadi Orlando dengan tangannya. Nadinya masih berdenyut walaupun pelan. Hazel terpaksa membawa Orlando ke rumah sakit umum karena kondisi Orlando yang kritis. Hazel tau resiko jika ia membawa Orlando yang merupakan buronan yang paling dicari ke rumah sakit umum. Pastinya Orlando akan dituntut melalui jalur hukum. Namun semua itu jauh lebih baik jika dibandingkan dengan resiko kehilangan Orlando selamanya karena terlambat diberi pertolongan.

Hazel duduk meringkuk di ruang tunggu menunggu hasil operasi Orlando. Hazel mengucapkan doa untuk Orlando setiap detiknya bagaikan mantra. Lampu operasi tak kunjung berubah menjadi hijau dan membuat Hazel merasa depresi dan hopeless.

Beberapa saat kemudian. . .
Dokter bedah keluar dari ruang operasi. Hazel langsung mencegat dokter itu dan bertanya dengan ekspresi khawatir," Dok, bagaimana keadaannya?"

"Dia baik-baik saja, hanya butuh istirahat untuk proses penyembuhan. Hanya saja pasien tidak boleh pulang terlebih dahulu karena polisi ingin bertemu pasien terlebih dahulu." jelas dokter itu.

Hazel menghela napas panjang dengan lega. Yang terpenting, Orlando baik-baik saja. Jika soal polisi ingin bertemu Orlando, diam-diam Hazel sudah memiliki rencana tersendiri untuk mengatasi para polisi amatiran itu.

Hazel masuk ke ruangan Orlando. Disana tampak Orlando terbaring dengan selang infus menempel di telapak tangannya. Hazel berbisik lirih kepada Orlando," Kau harus cepat sembuh agar tidak tertangkap polisi dan diadili pengadilan internasional! Orang-orang seperti kita tidak bisa berlama-lama di tempat umum seperti ini."

"Aku tau" jawab Orlando dengan suara lemah.

"Kau istirahat saja untuk sementara. Urusan polisi-polisi itu biar aku saja yang mengurusnya. Pokoknya sekarang tugasmu hanya sembuh!" tegas Hazel

Di luar rumah sakit tampak ribut karena banyaknya mobil patroli polisi yang datang. Bunyi sirene mobil polisi menggema dimana-mana. Sementara dari jendela rumah sakit, Hazel menyaksikan pemandangan dengan tatapan datar.

TBC

Haii guys!! Update lagi. . .
Semoga suka yaa part ini.

See you

GIRL ACT (COMPLETED)Where stories live. Discover now