3 | Dating App.

12.8K 2.2K 208
                                    


"Aku rasa Ara mengerjai kita, Bos." Jae-in mengungkapkan pikirannya setelah hampir dua jam tertahan di tengah kemacetan Jakarta.

Ray menggeleng, "Ibu kota hanya semakin padat saja, sebentar lagi kita sampai."

"Ara sepertinya tidak ingin kembali ke Indonesia," ucap Jae-in, kembali mengungkapkan pikirannya. Enam tahun bekerja untuk HR Studio, setiap kali Ray punya pekerjaan di Indonesia atau sekitarnya, Ara tidak pernah mau ikut, selalu ada alasan.

"Tidak ada yang tersisa untuknya di sini," gumam Ray dan tersenyum menatap bangunan apartemen yang sudah terlihat. Alih-alih tinggal di hotel, Ray memilih menyewa apartemen dengan dua kamar selama dua minggu. Ia pikir itu durasi yang cukup untuk riset awal pemotretan Yaki di Sulawesi sekaligus rencana menemukan pasangan.

"Kita tidak mampir supermarket dulu, Bos?" tanya Jae-in saat taksi langsung berbelok memasuki kawasan apartemen tersebut.

"Besok aku akan berbelanja, sekarang yang kuinginkan hanya tidur."

Jae-in meringis, Ray memang tampak kelelahan. Penerbangan mereka tadi cukup stabil, meski cuaca buruk membuat beberapa turbulence yang mengejutkan. Cuaca buruk selama penerbangan selalu membuat Ray lebih mudah kelelahan. Jika ada Ara, gadis itu akan sibuk meledek betapa tuanya Ray.

Begitu merebahkan diri di tempat tidur, Ray langsung lelap dan delapan jam kemudian baru terbangun. Setelah menyegarkan diri, ia keluar dari kamar. Tanpa perlu memanggil, Ray tahu Jae-in tidak ada di apartemen. Ketika Ray menyalakan ponsel, beberapa chat langsung masuk, salah satunya dari asistennya itu.

Jae-in, Hwang: menunggumu bangun terasa membosankan

Jae-in, Hwang: aku pergi sarapan dan berjalan-jalan

Jae-in, Hwang: Ara memberitahuku tentang Monas dan Kota Tua

Jae-in, Hwang: aku akan kembali sebelum matahari tenggelam

Ray membalas agar asistennya itu berhati-hati lalu memeriksa ke dapur, ada dua tangkup sandwich dan secangkir teh yang sudah dingin di meja. Ray menghabiskannya sembari mencari lokasi pusat perbelanjaan terdekat. Begitu menemukannya, Ray segera bersiap dan keluar apartemen.

***

Setelah memastikan barang kebutuhan harian terbeli, Ray menitipkan belanjaan lalu beranjak ke lantai tiga, ia tidak punya celana bahan dan satu-satunya sepatu sneaker miliknya sudah terlalu jelek untuk acara pernikahan. Ray segera mencari toko yang sesuai, membeli dua celana bahan, satu celana jeans baru, dua celana pendek lalu beralih ke toko sepatu. Ray tidak pernah merasa cocok dengan sepatu pantofel, ia suka sepatu bot atau sepatu hiking ketika bekerja. Ray melihat-lihat ke gerai Adidas, melihat satu sneaker dengan model yang sesuai bayangannya, berwarna coklat, bersol putih bersih. Jenis sepatu yang memang cocok untuk acara pesta, Ray segera meminta ukuran kakinya, mencoba.

"Kelihatan bagus untuk Mas," kata petugas yang memperhatikan.

"Oke, saya ambil ini." Ray melepas sepatunya untuk dibuatkan tagihan.

Selesai membayar, Ray membawa sepatu barunya keluar toko, memutuskan untuk berjalan-jalan dulu sebelum kembali ke apartemen. Langkah Ray terhenti di depan toko buku, ia memasukinya dan mendapati satu judul buku cerita anak-anak masuk dalam daftar terlaris. Ray tersenyum, mengelus nama pengarangnya, KAmelia. Itu memang nama pena milik mantan istrinya. Ray menjauhkan tangan dan berkeliling untuk melihat-lihat.

"Sumpah ya, riset lo semakin kompleks aja, setelah ular warna-warni, sekarang tikus." suara itu mengejutkan Ray, membuatnya langsung memperhatikan dua gadis yang berdiri di depan rak buku tentang berbagai keanekaragaman hayati. Gadis berambut coklat dengan wajah setara pelajar SMP itulah yang menggerutu pada gadis berambut hitam di sampingnya.

0.99% MATCH (PUBLISHED by Karos Publisher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang