9 | The deals

10.6K 2.5K 330
                                    

Ray melihat Dy menunggunya, mengenakan gaun lengan panjang, selutut, berwarna hitam dengan motif bunga-bunga kecil, sepatu converse putih dan berbeda dengan tas ransel yang kemarin, kali ini Dy membawa tas selempang rotan berbentuk lingkaran yang unik. Gadis itu menoleh saat Ray berjalan mendekat.

"Karena kemarin aku sudah ditraktir makan, sekarang gantian aku traktir tiket," katanya sembari menunjukkan dua tiket di tangan.

Ray tersenyum, "Wah, terima kasih, lama menunggunya?"

"Enggak, paling sepuluh menit, aku sudah minta brosur karya seninya juga." Dy mengulurkan tiket beserta selembar brosur yang memuat keterangan karya seni pameran.

Ray menerima semua itu dan melihat brosurnya, "Kontemporer ya."

"Tentang tradisi dan lingkungan hidup."

"Beberapa terlihat menarik."

Menurut Dy juga begitu, "Ayo masuk dan segera lihat-lihat."

Ray mengikuti Dy melangkah ke pintu masuk galeri, dua orang petugas memeriksa tiket mereka lalu memberitahu aturan penting, larangan menyentuh karya seni dan jarak pengambilan foto yang diperbolehkan. Mereka berdua mengangguk lalu masuk untuk melihat-lihat.

"Dy, aku agak penasaran setelah membaca bukumu semalam, kenapa Marco tidak disembuhkan saja dengan teknologi robotic, itu memungkinkan di dunia medis sekarang."

Dy menggeleng, "Karena dalam buku itu aku ingin menggambarkan bahwa ada penerimaan yang seindah itu dalam sebuah ketidaksempurnaan, dan lagi itu memang karma atas kebrengsekan Marco."

"Kau menyiksanya habis-habisan di buku."

"Habis dia berengsek sih," kata Dy sembari tertawa-tawa.

"Jangan bilang semua tokoh lelaki yang kau buat selalu disiksa seperti ini?"

"Yang dulu-dulu iya, tapi yang akan kubuat ini, aku berencana membuatnya ringan saja, kadang ada cinta yang memang sesederhana mereka bertemu, jatuh cinta dan menjalani kehidupan bersama, bahagia selamanya."

"Seems like a fairytale."

"Did you believe in it?"

Ray menggeleng dengan yakin, "Enggak."

Dy tertawa, "Jangan pesimis, siapa tahu begitu pulang ke Amerika, seseorang yang ditakdirkan untukmu sudah menunggu di sana, kalian begitu saja jatuh cinta lalu menjalani kehidupan bersama, bahagia selamanya."

"Aku enggak pesimis, tapi yang semacam itu tetap mustahil, seseorang harus menemukan kecocokan sebelum merasa nyaman dan bisa saling bertahan dalam suatu ikatan."

"Pada prinsipnya air dan minyak itu enggak cocok, enggak bisa menyatu, tapi saat memasak tumisan, mereka berdua perpaduan yang tidak bisa dipisahkan."

Ray tertawa, "Kau menyamakan kehidupan dengan memasak tumisan?"

"Itu enggak jauh berbeda, semua memang butuh proses." Dy berhenti di depan karya seni pertama, "Aku percaya, ketika seseorang itu memang ditakdirkan untuk kita, semesta akan berkonspirasi untuk mempertemukan, mendekatkan dan menyatukan."

Ray menarik sebelah alisnya, "Sekarang aku sadar kau benar-benar penulis romance."

Dy menoleh ke arah Ray, tersenyum, "Seharusnya kau juga sadar kalau aku memang pasangan yang kau butuhkan untuk dibawa ke acara KAmelia."

"Sepertinya aku mau fokus melihat-lihat pameran ini dulu saja," kata Ray sembari beranjak, jelas menghindar.

Dy tertawa tapi kemudian ikut melangkah, mengamati karya seni yang dipamerkan.

0.99% MATCH (PUBLISHED by Karos Publisher)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt