14 | Kota kenangan

12.2K 2.8K 578
                                    

Ray bisa merasakan bahwa situasinya memang lebih baik karena keberadaan Dy, gadis itu selalu bisa mengikuti obrolan dengan baik, tanggapan atau candaannya menghadirkan tawa dari orang-orang yang menyimak. Tidak jarang Ario dan Wening juga memuji Dy, keramahan, kecerdasan atau sikapnya yang tidak pernah sungkan untuk membantu persiapan apapun. Dy suka melibatkan diri dengan kegiatan orang-orang rumah, bahkan sekadar membuat garnish untuk diletakkan di piring lauk dan sayur.

Ketika Rizuki datang, keberadaan Dy jelas memunculkan kelegaan tersendiri dalam tatapan mata pria setengah Jepang itu. Setelah berkenalan secara langsung, Ray bisa menyadari bahwa Rizuki memang belum cukup percaya diri berada di tengah keluarga Sutedjo, terlebih dengan keberadaannya juga. Rasanya perkenalan langsung ini lebih kikuk dibanding perkenalan mereka melalui Skype dulu. Jika bukan karena Dy yang antusias menanyai pekerjaan seputar jurnalisme dan pembacaan berita, Ray pikir obrolan mereka pasti akan sangat membosankan.

"Kadang itu enggak bisa dihindari juga, beberapa pembawa acara kerap membuat improvisasi diluar brief yang sudah disepakati, itu yang biasanya menghadirkan masalah," kata Rizuki saat Dy menanyai tentang tayangan berita yang kemarin heboh di media sosial, menghadirkan langsung narasumber ke studio dan terjadi masalah karena narasumber tersebut meninggalkan studio saat siaran berlangsung.

"Tokoh penting Indonesia yang paling berkesan siapa, Kak Riz?" tanya Dy.

"Emm... siapa ya? Belum banyak sih, tapi bulan depan ada kesempatan untuk live sama pemain film Terror, semoga ada kesempatan untuk interviu eksklusif sama Pak Jati juga."

Amelia menoleh calon suaminya, "Susah banget kalau mau interviu eksklusif sama Pak Jati, beliau amat membatasi diri untuk tampil secara personal di media, promo buku terbarunya beberapa bulan lalu aja tanya jawab juga hanya seputar proyek tulisan." Amelia tertawa kecil dan melanjutkan ceritanya, "katanya itu karena beliau kan punya anak perempuan dan anaknya itu mau debut jadi penulis juga, tapi enggak mau publish kalau Pak Jati masih terkenal."

"Oh ya? Aku baru tahu beliau punya anak perempuan," kata Rizuki.

"Aku tahu karena pernah ngobrol sama Bu Lina sih, istrinya... mereka berdua pasangan romantis banget tahu enggak, apa-apa bareng, kemana-mana juga Bu Lina temani beliau."

Ray memperhatikan Dy yang hanya ikut menyimak sementara dirinya tidak mengerti dengan topik pembicaraan kali ini. "Penulis terkenal ya?" tanya Ray.

"Terkenal banget, baru keluar tiga buku tapi semuanya best seller dengan jumlah cetak ulang paling fantastis yang pernah tercatat dalam sejarah penerbit kami," jawab Amelia lalu meringis, "Makanya, meski menyayangkan sikapnya yang menutup diri dari media, tapi apa boleh buat, titel penulis terkenal enggak lebih penting dari peran sebagai ayah yang hebat."

"Tapi semua orang punya masa, jadi seharusnya anaknya menunggu saja sampai masa keemasan ayahnya surut dan dia mengambil celah untuk dirinya sendiri," kata Rizuki.

"Hitungan masa seorang penulis adalah selamanya," ucap Dy begitu saja, ia menyengir sebelum meraih cangkir teh dan meminum isinya perlahan. "Menulis bukan sekadar membagi cerita, tapi juga filosofi dan keyakinan yang dituang dalam rangkaian kata... itu melekat, menjadi identitas tersendiri... menurutku, Pak Jati membatasi diri dengan media bukan sekadar karena protes putrinya, tapi beliau menyadari identitas yang sebaiknya dikenal masyarakat adalah identitas yang tertuang dalam tulisannya."

Amelia mengangguk-angguk, "Itu ada benarnya sih, aku sendiri meski disebut sukses menulis cerita petualangan anak-anak, tapi sebenarnya belum pernah mengalami petualangan-petualangan itu... dan enggak nyaman juga kalau saat interview membahas persoalan pribadi."

"Padahal enggak ada yang salah dengan persoalan pribadimu," kata Rizuki dan Amelia tersenyum, menyandarkan kepala di pundaknya.

"Enggak tahu deh, pokoknya malas aja kalau ditanya-tanya soal pribadi... apalagi kan sering tuh dianggapnya karena sukses menulis cerita anak terus aku sudah punya anak segala macam, ya ampun," gerutu Amelia.

0.99% MATCH (PUBLISHED by Karos Publisher)Where stories live. Discover now