22 | Amelia's wedding

15.3K 2.9K 1.2K
                                    

"Enggak terasa ya, tinggal acara midodareni nanti malam, terus besok udah pernikahan," kata Dy saat membantu Ray memindahkan kursi-kursi yang baru digunakan untuk acara siraman.

"Iya, kata ibu bajunya sudah jadi, disuruh coba terus kalau sudah pas bisa langsung dry cleaning," kata Ray.

"Oh ya? Di rumah depan apa belakang?"

"Di rumah depan, nanti barengan ambilnya."

"Oke," kata Dy lalu beralih untuk membantu Mbak Sri mengambil taplak-taplak batik, sekalian membereskan sisa dekor karena pendopo akan digunakan untuk acara wawancara dengan media. Hal itu karena Rizuki dan Amelia termasuk pasangan yang cukup populer, sehingga rangkaian acara pernikahannya mendapatkan peliputan.

"Mbak Dy, dipanggil ibu, katanya suruh coba baju," kata Bagas saat mendekat.

"Oh iya, Ray mana?" tanya Dy.

"Sudah sama ibu, tuh di dalam."

Dy lebih dulu memindahkan taplak-taplak batiknya ke sumur agar dicuci, baru menemui ibu di ruang tamu. Amelia baru selesai berdandan, siap untuk wawancara.

"Wih, cantik banget Mbak Lia," puji Dy.

"Terima kasih, itu gaunmu udah jadi, coba di kamarku ya, langsung masuk aja, enggak dikunci." Amelia menunjuk gaunnya juga pintu-pintu kamar di dekat ruang makan.

"Kalau sudah dicoba kasih Mbok Yuni ya? Sekarang baru ngambil jarik, tapi nanti pasti kembali, ibu tinggal nemenin Amelia dulu," pamit Wening.

"Iya, Bu." Dy memperhatikan Wening menggandeng Amelia keluar rumah.

Setelah mengambil gaunnya Dy menatap pintu-pintu kamar dengan bingung. Selama ini, ia makan bersama tanpa pernah memperhatikan yang mana kamar Amelia, yang mana kamar bapak dan ibu, yang mana kamar Bagas atau kamar tamu yang ditempati Tante Rima. Karena takut salah, Dy mengetuk pintu pertama, ternyata kosong tapi jelas menandakan milik bapak dan ibu. Menuju pintu berikutnya Dy mendapati pintu tersebut diganjal dengan kotak sepatu.

"Oh, yang ini, yang enggak dikunci." Dy langsung masuk dan menutup pintunya.

"Gas?" terdengar suara Ray memanggil.

Dy menoleh, pintu kamar mandi terbuka dan Ray keluar dari sana bertelanjang dada.

"Katamu pintunya rusak kok ditu— Dy!"

"Ray?" tanya Dy, langsung kembali memunggungi. "Pakai baju dulu!"

"Oh iya, sebentar," kata Ray, memakai kembali kemeja batiknya.

Dy mencoba membuka pintu dan dari ekspresi bingung gadis itu, jelas sesuatu yang tidak beres sedang terjadi. "Kok enggak bisa dibuka pintunya?"

"Kata Bagas memang rusak, makanya diganjal kotak sepatu."

"Ini tapi kamar Mbak..." Dy terdiam mendapati banyak poster-poster film Angelina Jolie di dinding samping tempat tidur. Juga lemari kaca berisi koleksi kamera dan action figure yang jelas menandakan ini bukan kamar Amelia. "Aku salah masuk kamar."

"Untung aku yang di dalam," kata Ray.

"Ish, terus ini gimana?" tanya Dy, bergeser agar Ray memeriksa pintu.

Ray mengeluarkan ponselnya, "Aku akan chat Bagas."

"Oke, aku coba gaun dulu sambil nunggu."

"Enggak, jangan di sini."

"Iya, enggak di sini, di kamar mandi."

Ray menggeleng, "Enggak boleh buka baju di kamar lelaki."

0.99% MATCH (PUBLISHED by Karos Publisher)Where stories live. Discover now