[1] Menanti Jawaban

4.8K 258 41
                                    

"Selamat tidur, Sayang," ujar ibu padaku. Tersenyum manis kemudian mengecup keningku.

Aku pun membalasnya dengan senyuman. Lalu ibu mengelus pipiku sebentar. Mungkin aku yang terlalu besar kepala, tapi aku tahu di matanya tersirat hal itu, rasa khawatir untuk tidak meninggalkanku. Tapi beberapa saat kemudian, ibu berjalan pelan ke arah pintu kamarku. Dia menoleh sebentar, kemudian meraba-raba dinding di sebelah pintu dan memadamkan lampu kamarku. Awalnya terasa sulit untuk tidur. Karena jika boleh jujur, aku sedikit takut gelap. Terbayang di benakku makhluk-makhluk aneh nan buruk rupa yang menyerang orang lain di dalam mimpi. Tapi dengan sedikit pemaksaan diri, aku mulai menutup mataku.

Kemudian, aku merasa tubuhku sangat berat. Sekujur tubuhku seakan dilekatkan di atas tempat tidurku. Lem yang kuat itu membuat aku tidak bisa bergerak sama sekali. Nafasku sesak. Maksudku, aku yakin sedang bernafas tapi hal itu tidak terasa. Padahal jantungku berdegup cukup kencang. Benar, semakin kencang dan kencang. Jantungku memaksa paru-paruku hingga aku merasa sesak.

Kemudian saat aku mencoba untuk bangun, aku terlempar di sebuah ruangan yang aneh. Semuanya putih, tanpa ujung. Merasa bingung, aku mengelilingi tempat itu. Terus berjalan dan berjalan. Walau aku yakin sedang berjalan lurus, tapi rasanya aku kembali ke tempatku semula. Seakan berjalan di tempat.

Mataku mulai berkaca-kaca. Entah mengapa perasaanku menjadi sangat sedih. Nafasku kembali menggebu. Lalu sedetik kemudian, air mataku tumpah. Aku menangis. Aku terduduk sambil memeluk kedua lututku sambil berharap aku dapat kembali ke tempat tidurku untuk bangun dan berlari ke arah kamar orang tuaku untuk memeluk mereka. Dalam tangisku, aku terus mengatakan hal yang sama.

"Aku mau pulang! Ibu! Ayah!"

Beberapa saat kemudian, sebuah pintu berwarna merah muncul di hadapanku. Pintu yang besar dengan ukiran-ukiran aneh di daunnya. Seperti sulur-suluran tanpa warna dengan kusen yang juga terukir dengan motif yang sama. Ketika aku berjalan di belakang pintu itu, tidak ada apa-apa di sana. Seakan aku kembali ke depan pintu. Jadi, aku memutuskan untuk membuka pintu tersebut.

Aku terperanjat saat mengetahui pintu itu terhubung dengan kamarku. Dengan perasaan yang girang, aku memindai seluruh kamarku. Tapi saat aku melihat ke arah tempat tidurku, senyumku pun memudar.

Di sana ada 'aku' yang sedang tertidur.

Perlahan, aku melangkah mendekati 'aku' yang tertidur kemudian mengamatinya dengan seksama. Bisa kubilang tidur 'aku' cukup lelap. Wajah 'aku' damai seakan tidak ada yang membebani. Padahal aku di sini sedang kalut dengan peristiwa ini. Saat tiba-tiba suara angin terdengar berderak di atas atap dekat kamarku, aku melonjat kaget. Mataku melihat ke arah plapon kamarku. Mengamati suara angin. Sayangnya, saat aku melirik kembali ke arah 'aku', dia tidak merespon apa-apa. Apa tidurku sebegitu lelapnya?

Tiba-tiba, aku merasa sangat ketakutan. Tubuhku mulai bergetar. Mulutku hendak berteriak tapi pita suaraku seakan tidak mendukung kehendakku. Aku yakin aku mulai menangis lagi sekarang. Berbagai spekulasi mulai muncul di benakku.

Apakah ini mimpi? Ataukah kenyataan? Apakah aku telah mati?

Akhirnya aku memutuskan untuk terduduk di samping tempat tidurku hingga pagi menjelang. Derakan-derakan dari angin tidak kupedulikan. Yang dapat kulakukan sekarang hanyalah meringkuk, menanti jawaban dari semua pertanyaanku.

Aku tidak ingat sudah berapa lama aku terduduk di sini dan menunggu sesuatu yang bahkan tidak kuketahui apa. Karena ada suara ketukan dari pintu kamarku yang membuatku menoleh. Di sana, ibuku terlihat mengintip dengan tatapan bingung. Tentu saja dia bingung. Karena biasanya, saat ibu datang mengetuk pintu 'aku' sudah terbangun dan menjawab panggilannya.

Ibu melangkah ke dalam kamarku. Ditatapnya 'aku' yang masih lelap tertidur. Tanpa merespon sedikitpun dari panggilannya. Kemudian ibu memegang tangan 'aku', merabanya.

Saat ibu mulai panik, dia terisak dan kemudian memelukku. Dia mengguncang-guncangka tubuhku. Mencoba untuk membangunkan aku. Sayang 'aku' tidak bisa bangun. Karena aku masih berada di sini, menanti jawaban dari apa yang sedang terjadi pada 'aku'.

-end-

[Curhatan Author]

Ini adalah kisah nyata dengan sedikit perubahan awalan dan akhiran. Karena sebenarnya tidak ada pintu dan aku masih bisa bangun. Lima tahun setelah kejadian itu, aku baru tahu kalau yang aku lakukan adalah astral projection. Yang katanya tingkat lanjut dari lucid dream.

Saat ingin mencoba lagi, aku malah tidak bisa. Benar-benar tidak tahu bagaimana caranya. Semua diawali dengan kebetulan. Sampai sekarang masih belajar lucid dream walau agak ogahan. Takut terjadi astral projection lagi lalu tidak bisa bangun untuk selamanya.

Tapi mungkin itu hanya mimpi. Yah, hanya Tuhan yang tahu. Intinya semua seperti nyata.

Ketika Kita TidurWhere stories live. Discover now