[4] De Ja Vu

2.1K 167 17
                                    

Ini perasaan umum. Itulah yang kupikirkan. Saat menyadari ada yang tidak beres dengan kehidupanku, aku hanya bisa menjalaninya. Seperti arus, membiarkannya mengalir.

Semula bermula di akhir bulan lalu. Saat sebuah game online terbaru telah rilis. Perasaanku sangat meluap-luap menantikan mastet client-nyaa selesai kuunduh. 12 GB, ringan bagi seorang gamer sepertiku. Tapi bagi mereka yang baru belajar menjadi gamer, mungkin mereka akan berpikir dua kali sebelum mengunduhnya. Minimal mereka akan memesan DVD master client-nya.

Bosan menunggu unduhan, aku memutuskan untuk keluar dari kos dan berjalan keliling komplek. Tatapan orang-orang komplek hanya satu jenis saat melihatku, siapa dia? Tapi jujur aku tidak peduli. Menjadi seorang gamer anti sosial membuatku tidak mengenal dan tidak dikenal oleh banyak orang. Itu umum, bagi seseorang sepertiku.

Saat sampai di sebuah tepi kolam, aku melempar batu ke dalamnya. Kemudian segera berlalu dan meneruskan perjalananku. Setelah hampir sejam aku berkeliling menikmati udara luar yang hampir tidak pernah kuhirup, aku pun kembali ke kosan.

Di sana, aku mengecek unduhanku dan ternyata crash. Akhirnya kuputuskan untuk tidur sambil menunggu unduhanku yang terpaksa harus kuulang.

Kemudian seperti biasa, aku bangun dan mengecek unduhanku. Ternyata crash lagi. Kuputuskan untuk mengulanginya lagi lalu memilih untuk tidur kembali.

Saat bangun untuk kedua kalinya, hal pertama yang kulakukan adalah mengecek unduhanku lagi. Kesal meracuniku. Unduhanku crash lagi. Jaringan. Palingan itu.

Ku-restart modemku, lalu mencoba mengulang unduhanku. Lalu tidur kembali sembari menunggu. Saat terbangun, aku mengecek ulang unduhanku dan ...

"Tuhaaaan!" pekikku saat menyadari unduhanku meminta untuk diulang kembali.

Kuputuskan untuk me-restart PC-ku. Lalu untuk menunggu, aku memutuskan untuk berjalan-jalan keliling komplek. Merasakan tatapan yang sama, melempar batu di kolam yang sama, kembali satu jam kemudian.

Sampai di kos, rasanya sangat Super duper kesal saat melihat unduhanku. Aku memutuskan untuk kembali mengulangnya dan tidur lagi.

Aku terus melakukan itu seperti sudah menjadi rutinitas biasa yang selalu kulakukan. Sampai selama seminggu. Saat aku menyadari satu hal.

Aku tidak pernah makan selama seminggu, tidak mandi, tidak menelpon sesama komunitas gamers-ku, tidak chatting di medsos. Dan yang lebih penting, ibu kos tidak menagih padahal seharusnya dia sudah datang karena seharusnya sekarang adalah awal bulan.

Segera aku berlari ke arah PC-ku, mengarahlan kursorku ke ujung kanan dari taskbar. Betapa terkejutnya aku saat melihat tanggal di kalender digital-nya. Masih sama dengan tanggal saat aku memulai untuk mengunduh game ini.

Kucari ponselku. Biasanya ada di balik bantal tidurku. Ini sudah seminggu, minimal dia lowbat. Tebak apa yang kulihat? Baterainya masih 78%, sama seperti terakhir aku melihatnya.

"Ini bukan mimpi, kan? Aku tidak sedang tidur, kan?"

Aku mencium ketekku. Memastikan tidak mandi selama seminggu tidak membuat badanku bau. Dan ...hei, aku benar-benar tidak bau.

Kuputuskan untuk berjalan keluar. Tatapan yang sama lagi kurasakan. Akhirnya untuk membuat perbedaan dari perasaan waktuku yang terus berulang, aku menegur salah satu dari mereka yang menatapku. Seorang pria yang terlihat berumur sama sepertiku.

"Hei! Kau tidak bosan melihatku seperti itu selama seminggu berturut-turut?" tanyaku tanpa basa-basi.

Pria itu melongo. "Maksudmu? Aku bahkan baru melihatmu hari ini, lalu kau bilang aku sudah melihatmu selama seminggu? Gila, ya!" jawabnya sebagai respon dari pertanyaan konyolku.

Gi-la?

Pria itu berlalu meninggalkanku dengan perasaan kesalnya. Dia juga sempat mencibirku bersama teman seperjalanannya yang lain. Tapi aku tidak meresponnya. Aku sudah tidak peduli lagi.

Segera aku berlari ke arah kolam tempat aku melempar batu. Kali ini, aku melempar tiga batu. Membuat cipratan besar dan berlariannya para ikan air tawar. Rasa kesalku memuncak. Ada apa dengan waktu? Ada apa dengan diriku?!

Tiba-tiba aku terbangun di kamar kosku. Tidak ada cahaya kecuali cahaya PC-ku. Aku segera mengecek jam pada ponselku. Jam 8.13 pm. Sepertinya waktu sudah berjalan kembali. Mimpi burukku sudah berakhir.

Saat aku kembali ke depan PC untuk mengecek unduhanku, aku melihat bar persen unduhanku tidak berjalan. Kecepatan unduh pun sama. Melihat keanehan itu, segera kucek diagram sinyal modemku. Dan hei ...itu tidak berjalan?

Segera kucek ponselku. Memperhatikan jamnya. Biasanya, dua titik di antara angka jam dan menit akan berkedip menandakan waktu sedang berjalan. Tapi ini tidak berjalan. Berarti ...

Waktuku berhenti? Apa aku sedang tidur?

-end-

Ketika Kita TidurWhere stories live. Discover now