[5] Sosok Pria Tidak Terlihat

2.1K 147 15
                                    

Malam yang tenang.

Seperti biasa, dia naik ke tempat tidur sambil merayap. Meraba-raba selimut di kakinya lalu menariknya ke atas hingga menutupi dadanya. Bantal guling di kanannya, siap untuk dipeluk kapan saja dibutuhkannya.

Ah, dia lupa menggerai rambut panjangnya.

Segera dibuka pita rambutnya lalu menyisir rambutnya dengan jari. Dia terlalu malas untuk turun dari tempat tidurnya untuk sekedar mengambil sisir rambut di atas meja rias yang hanya berjarak dua kaki dari tempat tidurnya.

Dia pun memposisikan kepalanya di atas bantal. Mencari sudut terenak dengan menghadapkan badannya ke sebelah kanan untuk kemudian terlelap dalam mimpinya.

Sepuluh menit. Ya, dia yakin sepuluh menit waktu berlalu. Dia tidak bisa bangun. Badannya tidak bisa bergerak. Seperti ada yang menindihnya. Bibirnya bergerak mengucapkan kata 'tolong'. Tapi pita suaranya tidak bisa bergetar. Seakan tidak sinkron antara keinginan dan perintah yang dikirimkan otaknya pada bagian tubuh itu.

Dia yakin dia sedang sendiri di kamar ini. Dia yakin dia mengunci kamarnya. Tapi ada suara desahan, tarikan nafas, dan sentuhan yang meraba tubuh bagian belakangnya. Dia mencoba melirik. Tapi tetap tak didapatinya sosok itu.

Rasa dingin menjalar di sekujur tubuhnya. Dia yakin itu saat tiba-tiba semerbak aroma melati tercium di hidungnya.

"Siapa di sana?" tanyanya dalam hati.

Bukan siapa-siapa. Hanya khayalanmu yang tidak tercapai.

Suara yang berat menjawab dari balik kepalanya. Dia melotot, dia mengenal suara itu.

"Pria itu?" tanya pada diri sendiri.

Memastikan bahwa tebakannya benar. Dia menutup matanya. Mempertajam indra perasanya. Dia yakin kalau sosok tak terlihat di belakangnya adalah 'pria itu'. Sosok yang dulu sering diundangnya masuk ke dalam mimpi. Sosok yang dia tahu berjanji akan melindunginya.

Tapi saat dia tahu sosok itu tidak nyata, sosok itu pun menghilangang dari mimpinya. Dia tidak tahu sejak kapan sosok itu menghilang. Tapi yang dia tahu, hatinya telah lama hampa tanpa sosok itu.

Dia membuka kepalan tangannya. Melemaskan tubuhnya. Memberi isyarat pada sosok tidak terlihat bahwa dia sudah siap untuk tidur.

Sosok itu mengelus tangannya. Dia bisa merasakan sosok itu saling menyatukan jari dengannya.

Desahan sosok itu terdengar semakin jelas. Sosok itu mendekat ke arah telinganya. Mengerang, mengucapkan mantra yang sudah lama tidak pernah didengarnya.

Have a nice dream.

Sesaat setelah sosok itu mengucapkan harapan, kesadarannya di dunia nyata hilang. Digantikan oleh pemandangan kelabu di depan matanya yang membentang luas. Dia berjalan di ruangan kelabu itu. Mencari ujungnya yang dia dapati berada setelah ruangan merah.

Dia menelusuri ruangan merah. Namun lagi-lagi dia menemukan ujungnya mungkin berada di sebelah ruangan kuning. Lalu ditelusurinya lagi ruangan kuning. Namun ujung ruangan kuning berada di ruangan putih.

"Apa ini?" tanyanya dalam hati. Dia yakin 'pria itu' tidak akan membawanya ke tempat aneh. Mereka sudah kenal lama. Mungkin maksudnya hanya dulu dia mengenal 'pria itu'.

Saat tiba-tiba suara alarm membawa alam sadarnya keluar dari ruangan aneh, dia mengerang. Kepalanya sakit. Tepat di bagian leher yang dia rasa sempat ditindisi oleh sosok pria tidak terlihat itu.

Dia merayap turun dari tempat tidurnya. Perasaannya masih malas untuk melangkahkan kaki. Dia merasa lemas sekali. Tapi saat dia sampai di pintu kamarnya dan membukanya. Pemandangan di depannya adalah dunia hampa berwarna hitam.

Apa dia masih tidur? Mungkin.

Dia berdiri dari rangkaknya. Menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari sosok pria tidak terlihat. Tapi usahanya sia-sia karena dia tahu sosok itu walaupun ada di kamarnya tapi tetap saja seperti tidak ada.

"Dimana kau?" tanyanya. Mulutnya terbuka lebar. Pita suaranya bergetar hebat. "DIMANA KAU?" tanyanya lebih keras dan tegas.

Entah pada siapa dia berbicara, dia sendiri juga merasa bingung dan sedang dipermainkan. Sosok itu bilang tentag khayalan yang tidak tercapai.

"Khayalanku yang tidak tercapai?"

Dia mencoba mengingat-ngingat. Apa khayalan yang dimaksud sosok itu. Saat dia berhasil mengingatnya, dia terdiam dan berdiri membatu. Raut mukanya menjadi panik.

Dia tidak mau mengingat khayalan itu.

Ingatlah dan kau akan bebas.

Sosok itu kembali berbicara.

"Tidak," dia menjawab. "Aku tidak mau mengingatnya," lanjutnya. Matanya mulai berkaca-kaca. "Karena itu mustahil," lanjutnya lagi dengan suara yang mulai menyerak.

Ingatlah dan kau akan bebas.

Pria itu mengulang yang dibalas gelengan kepala yang kuat dari dia.

"Tidak!" katanya setengah berteriak. "Aku tidak mau mengingatnya!" ulangnya lagi. Tangisnya pecah.

Ingatlah dan kau ....

"TIDAK!" teriaknya membantah. "Jangan memaksaku atau kau akan menghilang dari sini!" ancamnya pada sosok khayalannya itu.

Sosok itu terdiam lama. Cukup lama bagi dia untuk memeriksa setiap sudut kamarnya. Dia masih belum menyerah mencari sosok pria itu.

Dihamburkan lemari bukunya, pakaian-pakaiannya, tempat tidurnya, serta koleksi bonekanya. Sambil terus mengumpat dan melirih kata 'sial'.

Saat dia sadar dia belum memeriksa kamar mandi kamarnya, dia berjalan ke sana dengan penuh semangat. Dari raut wajahnya dia yakin bahwa semua akan baik saja. Sayang jalannya limbung. Kepalanya menabrak pintu kamar mandi. Membuatnya tidak sadarkan diri.

***

Dia sekarang terbangun di atas tempat tidurnya. Posisinya sama seperti saat dia tertidur. Saat ini dia memeluk gulingnya erat. Tubuhnya berkeringat. Selimutnya sudah turun hingga ke bawah perutnya.

Kemudian dia pun duduk di atas tempat tidurnya. Memandangi kakinya yang tidak beralas. Sekarang dia merasa lelah karena mimpinya. Tapi satu hal yang aneh. Kepalanya terasa sakit.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Dia bertanya tidak yakin.

Tidak terjadi apa-apa.

Suara berat itu kembali terdengar di telinganya. Suara sosok pria tidak terlihat. Dia menoleh, memindai setiap sudut kamarnya. Tapi dia masih tidak mendapatinya. Hingga akhirnya dia terus bertanya-tanya dimana sosok pria tidak terlihat itu.

Dia mulai kesal bukan kepalang. Tapi apapun dan bagaimanapun, sosok itu tidak juga menampakkan dirinya. Dia berjalan berburu menuju pintu kamarnya. Saat dia membuka pintu kamarnya.

"DIMANA AKU?!" teriaknya pada ruang hampa tak berujung di hadapannya.

Dia berbalik lalu membongkar kamarnya lagi. "KELUAR KAU PRIA SIALAN!" tukasnya. "TUNJUKKAN SOSOKMU!" bentaknya.

Sosokku akan keluar saat kau mengingatnya.

"Mengingat apa?"

Khayalanmu tentang kehidupan. Tentang aku, kamu, dan duniamu.

Dia berteriak sambil memegangi kepalanya. Tidak terima dengan keadaannya. Lalu menarik nafas dengan susah payah. Mengumpulkan energi untuk berbicara pada sosok pria tidak terlihat.

"Apa yang akan terjadi padaku jika mengingatnya?" tanyanya hampir terisak.

Sosok pria tidak terlihat mendengus. Semua akan baik-baik saja.

Dia menutup mata. Mencoba menenangkan pikirannya. Mencoba untuk mengingat. Sekarang serpihan itu mulai bermunculan dan meminta untuk disusun kembali.

Aku selalu mencintaimu.

Dia mengingatnya. Semua berawal saat hidupnya berakhir.

-The End-

Ketika Kita TidurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang