[3] Aku

2.1K 160 9
                                    

Berisik!

Berisik!

Aku melempar bantal-bantalku ke segala arah. Mengusir suara-suara yang terus menerus terdengar di kepalaku. Memegang kepalaku, meremasnya. Tapi mereka tak kunjung pergi.

"Aku hanya ingin tidur!" teriakku sekencang mungkin.

Nafasku tersengal. Kepalaku sakit. Aku beranjak turun dari tempat tidurku. Membuka pintu kamarku dan mendapati rumahku sepi. Selalu sepi.

Aku sendirian.

Aku terduduk di depan kamarku. Air mata mulai menetes dari pelupuk mata. Sakit. Dada dan kepalaku terasa sakit. Air mata itu tak kunjung berhenti. Akhirnya kuputuskan untuk menutup mataku. Untuk tidur. Tenggelam dalam mimpi. Menenangkan diri dan berharap suara-suara itu segera pergi.

Sial.

Suara-suara itu semakin berisik.

Sial.

Mereka memanggil namaku, memakiku, terus mencaciku.

Sial! Sial! Sial!

Aku berteriak sekencang mungkin. Menyuruh mereka pergi. Kenapa mereka menggangguku?

"Amel! Amel! Amel! Amel!--"

"Bodoh! Bodoh! Anak pembawa sial! Anak pembawa sial! Matilah! Matilah!"

"Tak perlu takut pada om, om akan lembut."

"Dia memuaskan?"

"Dia sampah--"

"Sakit! Apa yang kau lakukan? Amel?!"

Aku hanya ingin tenang!

Aku terbangun di sebuah padang berumput hijau. Langiit biru membentang di atas kepalaku. Angin sepoi-sepoi mengelus kulitku. Suasana ini sangat ... Damai.

Kembali kututup mataku. Kegelapan menghantuiku. Saat aku membuka mata, pemandangan khas yang pernah kualami berada di sana. Diriku yang sedang menggendong janinku dan mayat-mayat 'keluargaku' yang bergelimpangan di sekitarku. Aku ingat siapa yang membunuh mereka.

Dua pemandangan yang berbeda terlihat dalam satu waktu. Semua karena kehendakku.

Kemudian sebuah bisikan terdengar di telingaku. Suara asing yang kasar dan berat.

"Kehidupan mana yang kau pilih?" bisiknya

Kuhela nafasku panjang untuk berpikir sebentar. Lalu kutengadahkan kepalaku ke arah suara mistis yang berbicara padaku.

"Aku memilih ... Kehidupan bahagia."

Benar. Kehidupan tanpa rasa bersalah. Kehidupan tanpa penyiksaan dan perbudakan.

Saat aku tersadar, aku sudah berada di kehidupan bahagiaku. Senyum menghiasiaku.

Inilah aku.

.

Bermain dengan mayat mereka.

-end-

Ketika Kita TidurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang